Pernyataan beberapa pengamat bahwa Jokowi sengaja memasang Budi Gunawan untuk menghindari tekanan dari orang-orang disekitarnya dan meminjam tangan KPK untuk melakukan eksekusi ahkhirnya terbantahkan. Malam ini secara mendadak Jokowi menerbitkan dua Keppres sekaligus. Keppres pertama menyangkut pemberhentian dengan hormat Kapolri yang dijabat Sutarman. Keppres kedua berisi tentang pengangkatan Wakapolri sebagai pelaksana tugas Kapolri sebelum pelantikan pejabat baru. Sementara mengenai Budi Gunawan, Jokowi terpaksa menunda pelantikannya, bukan dihentikan.
Dengan keputusannya ini Jokowi telah mengambil langkah yang bijak. Bola panas yang dilemparkan oleh KMP dengan menyetujui secara aklamasi pencalonan Budi Gunawan akhirnya dimentahkan. Jika Jokowi terlena dan mengikuti kehendak partai atau konstituen fanatiknya untuk tetap melantik Budi karena mekanisme politiknya sudah selesai di DPR, maka upaya pemakzulan oleh KMP terhadap Jokowi akan terbuka.
DPR bisa saja menggunakan hak interpelasi pada presiden. Status Budi sebagai tersangka, lalu dijadikan terdakwa oleh KPK di kemudian hari,  akan menjadi pintu masuk bagi KMP untuk memakzulkan Presiden. Jokowi dianggap melanggar asas-asas umum penyelenggaraan negara terutama asas professional dan akuntabilitas.
Motif aklamasi KMP mungkin terbaca oleh KPK. Dengan cepat KPK membentengi Jokowi dengan mentersangkakan Budi. Pilihan dilematis bagi KPK. Tidak ditetapkan tersangka, kemungkinan mengusut kasus suap Budi bakalan berbelit-belit. Ditetapkan malah dituding melakukan pembunuhan karakter. KPK akhirnya lebih memilih langkah  terakhir karena resikonya lebih kecil. Jokowi mestinya berterimakasih dengan KPK karena sudah mengingatkan ada yang kekeliruan fatal yang dilakukannya tanpa disadari.
Keputusan Jokowi kemudian yang menunda, bukan membatalkan pelantikan Budi Gunawan untuk sementara menghilangkan ketegangan ditingkat elit. Jokowi nampaknya sengaja memberi waktu kepada KPK untuk melaksanakan tugasnya. Dia tak mau ambil resiko tetap memaksakan pelantikan Budi karena menyadari KMP tengah menabuh tarian magisnya dengan nada Aklamasi. Andai saja Jokowi terlambat menyadari permainan cantik dari politik antitesa KMP, dipastikan jabatan Jokowi sebagai presiden akan mengalami kegoncangan. Beruntunglah disekitar Jokowi masih ada orang-orang bijak yang menyarankan Jokowi tidak segegabah partainya (PDIP) yang memaksakan tetap melantik Budi dengan alasan sudah direstui oleh DPR.
Masih adakah yang berpendapat Jokowi telah melakukan akrobatik politik yang cantik? Dalam permainan catur, langkah Jokowi memasang Budi sama saja menyerahkan menteri di makan pion. Padahal raja belum sempat melakukan rokade. Bayangkan, Â betapa repotnya raja menghadapi serangan musuh yang datang dari segenap penjuru. Menteri (Kapolri) sendiri tak dapat bergerak maksimal. Beruntunglah KPK selaku "benteng" dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Dia segera melindungi sang raja sambil terus mengamankan sang menteri agar tak makin jauh terjebak di daerah musuh.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H