Samarinda, Jum'at 09 Agustus 2019.
Pagi ini, sudah satu tahun penulis melakukan aktivitas yang sama, pergi ke kantor dipagi hari, ditempuh cukup lama dan melelahkan, aktivitas rumah-kantor dipagi hari dan Kantor-rumah disore hari.
Dari rumah tempat tinggal sekitar 06.30 Wite, diujung Kota Samarinda Bagian Utara, penulis melalui aktivitas dipagi hari. Mulai jam 04.00 pagi, kemudian setelah semua siap, penulis mulai melakukan perjalanan dai rumah menelusuri jalan berbukit menuju jalan raya bengkuring raya ke arah jalan Wahid Hasyim II, ditemani anak tersayang, yang setiap hari menumpang ke sekolah disalah satu Gang yang dilewati. Â Setelah mengantar anak sekolah, kemudian melalui Gang Ahim keluar ke Jalan P. M. Noor.
Kenapa penulis saat ini harus memutar ke arah Gang Ahim dan PM. Noor, karena saat ini sedang ada pekerjaan Pembuatan Gorong-gorong atau parit yang memakan serapo badan jalan, akibat bencana banjir bulan Juni lalu.Â
Dampaknya, jelan menjadi macet panjang, berdebu dan bergelombang sepanjang jalan Wahid Hasyim II, yang kalau diikuti akan memakan waktu sekitar 30-45 menit perjalanan, sehingga kemungkinan terlambat sampai ke kantor sudah pasti, dan dipastikan kalau berulang akan mendapatkan surat "cinta" dari pimpinan.
Keluar dari jalan PM. Noor menuju kearah Stadion Madya Sempaja, sepanjang jalan M. Yamin, jalan biasanya padat merayap oleh kendaraan Roda 2 dan roda 4 hingga memasuki jalan Dr. Sutomo. Â Namun mendekati Gang Nibung, yang sekarang dalam tahap pengerukan sendimen, kendaraan mulai mengalami perlambatan dan kemacetan, sehingga memainkan kopling, rem dan gas harus sangat hati-hati.
Macetnya jalan disepanjang Gang Nibung ke arah Jalan Pahlawan dikarenakan banyaknya penjual kaki lima dan kendaraan roda 2, roda 4 dan gerobak hingga pejalan kaki yang berbelanjar meluber ke separo jalan. Â
Keadaan ini sudah penulis alami sejak masih sebagai Pelajar SMA tahun 1993 atau sekitar 31 tahun. Â Kejadian rutin dipagi hari seperti ini, dinikmati oleh masyarakat dengan lapang dada, apa mau dikata, kata mereka termasuk penulis. Kalimat yang muncul paling "Hanyar ajakah Ikam di Samarinda" yang artinya baru sajakah kamu di Samarinda.
Memasuki jalan Pahlawan, dihadang oleh kesemerawutan jalan didepan dua sekolah yang berdekatan, ditambah adanya bukaan jalan di pertengahan yang digunakan pengendara untuk langsung berbelok memasuki salah satu sekolah tersebut, penyetopan untuk penyeberangan, dan parkir kendaraan yang mengantar anak-anak turun ke sekolah. lagi-lagi kompling, gas dan rem dimainkan.
Sampai ke kantor penulis harus menempuh perjalanan kira-kira 50-60 menit, sehingga energi untuk bekerja terbuang percuma dijalanan.
Seperti biasa, penulis absen sidik jari atau iris mata, lalu menuju Lift dan naik ke lantai 6 ruang kerja.