Mohon tunggu...
Erwin Baha
Erwin Baha Mohon Tunggu... -

just imaginary crazy thinker

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Aa' Pepih, Aa' Gym dan Baha

25 Juli 2010   22:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:36 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ustadz darimana nih? kok mirip Aa' Gym yah. Celetukan ringan saat mengikuti acara Blogshop di IIMS 2010. Sempet koar-koar ke beberapa temen di samping kiri kanan depan belakang. "Pak, ini Aa' Gym lagi lepas surban ya?" Logat sunda yang kental keluar dari mulut pembicara yang katanya pengasuh Kompasiana dot com. Ketawa, tersenyum, kadang mules-mules waktu kena sentil obrolan ngocolnya di ruang blogshop yang membekukan. Siapa sih dia? wah saya sendiri baru tahu sekitar 18 jam yang lalu, wartawan senior Kompas katanya (loh ini beneran). Jujur waktu baca pengumuman acara blogshop, bayangan Aa' Pepih itu lebih ke arah seseorang dengan fisik besar, gemuk berambut panjang dan di kuncir kuda serta berbadan kekar. Nah, ekspektasi saya langsung runtuh saat jam 12an moderator memanggil Aa' Pepih untuk maju ke panggung dan berbagi ilmu dengan kami para peserta Blogshop. OMG, kecil, ceking, dan kurus masa ini Aa' Pepih? Maklum saya bukan seorang Kompasianer aktif lebih cenderung Kompasianer musiman. Walau sering baca-baca tulisan rekan Kompasianer lainnya tapi saya cenderung pasif. Yah, akhirnya dengan terpaksa saya harus rela mendengar si pria asing ini berceloteh di depan saya. Berasa mengalami pemerkosaan, batin tentunya, karena antara kenyataan dan ekspektasi tidak sesuai. Lima menit pertama Aa' Pepih bercerita "Impossible bagi saya memberikan ilmu setahun hanya dalam 30 menit, biasanya kalo saya ngomong kepenulisan butuh waktu 30 jam". Wah ini bakal jadi pemerkosaan yang panjang, pikiran saya melayang. Selanjutnya Aa' Pepih bercerita lagi tentang basic jurnalisme, 5 W+ H, bahkan bagi dia itu masih belum cukup. Slide berikutnya, menampilkan tentang Hard News, berita yang berdasarkan fakta dan tidak boleh ada opini penulis "6 bulan saya belajar menulis hard news" ujar pria yang lulus dari semacam Unpad lah. Dilanjutkan dengan Soft New, berita yang lebih lunak dari hard news dan bisa tidak memenuhi kaidah 5 W + H, "6 bulan juga saya belajar soft news, pas setahun, jengkel kan. Tapi mengatasi kejengkelan itu menjadikan saya ya...seperti ini". Semakin Aa' Pepih bercerita, semakin saya menikmati. Semakin tenggelam dalam atmospher yang melenakan, seperti korban pemerkosaan yang ternyata menikmati diperkosa. Kadang saya mengeliat, kadang memberontak, kadang juga tersenyum simpul...ya merem melek merem melek gitu. Persis seperti kata Dosen saya di Brawijaya yang berkata "kalo ada orang tak berdaya di perkosa tau apa yang harus dilakukannya,...nikmati saja". Salam Kompasianer, dan salam kenal Erwin "Baha" Baharudin Ciledug, 26 Juli 2010

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun