Sejak dilantik Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Ketenagakerjaan pada 23 Oktober 2019, Ida Fauziyah baru hari Jumat lalu (28/8), merombak jajaran pejabat tinggi madya (esolon I ). Pejabat yang dilantik iu adalah Anwar Sanusi sebagai Sekretaris Jenderal, BudiHartawan sebagai Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas, Suhartono sebagai Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja.
Nama lain yang dilantik adalah Haiyani Rumondang sebagai Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Bambang Satrio Lelono sebagai Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan; dan Tri Retno Isnaningsih sebagai Staf Ahli Bidang Kerja Sama Internasional.
Mutasi dan pelantikan pejabat adalah hal biasa dilingkungan birokrasi. Namun bagi penulis, terasa ada "kejutan kecil". Pertama, pelantikan pejabat esolon I kali ini tidak lebih dari mutasi antarjabatan esolon I. Tidak ada pejabat lama yang "di parkir" atau di non jobkan. Hanya satu orang digeser ke posisi Staf Ahli Menteri, namun tetap sebagai Pejabat Tinggi Madya yaitu Retno Isnaningsih menjadi Staf Ahli Menteri dari sebelumnya sebagai Kepada Badan Perencenaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan.
Kedua adalah terpilihnya Anwar Sanusi menjadi Sekretaris Jenderal Kemnaker. Anwar Sanusi adalah "orang luar" bukan pejabat karir di Kemnaker. Sebelum ini Anwar menjabat esolon I di Kementerian Desa dan Daerah Tertinggal. Meski hal itu sah -- sah saja sesuai UU No 5 tahun 2017 tentang Aparatur Sipil Negara, namun masuknya Anwar ke Kemnaker tetap terasa sebagai kejutan kecil.
Sebelum ini, pejabat dari luar Kemnaker pernah jadi Dirjen Pembinaan Pengawas Ketenagakerjaan dan K3 yaitu Irjen (Pol) Sugeng Priyanto Namun jauh-jauh hari namanya telah diumumkan oleh Kapolri ketika itu bahwa Sugeng Priyanto akan mengikuti seleksi jabatan di ke Kemnaker .
Ketiga adalah sepintas posisi jabatan teknis yang dipegang beberapa dirjen tidak sesuai keahlian mereka semula. Budi Hartawan yang sebulum ini menjabat Inspektur Jenderal (Irjen) selama satu tahun 3 bulan ( dilantik 31 Mei 2019) adalah pejabat yang lama berkiprah dilingkungan perluasan kesempatan kerja.
Selama ini penulis mengenalnya sebagai birokrat di Kemnaker yang menguasai bidang informasi pasar kerja, perencanaan, penempatan tenaga kerja dan perluasan kesempatan kerja. Kini Budi Hartawan malah menduduki posisi Dirjen Pelatihan dan Produktivtias., bukan Binapenta dan PKK.
Begitu pula Haiyani Rumondang yang digeser menjadi Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 dari posisi sebelumnya sebagai Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial (PHI dan Jamsos). Haiyani dikenal ngelotok di bidang PHI dan Jamsos. Karirnya hingga puncak tak jauh -- jauh dari lingkungan PHI dan Jamsos. Kini ngurusi soal pengawasan yang lekat dengan norma ketenagakerjaan dan K3.
Sedangkan Bambang Satrio Lelono ,salah satu birokrat yang dalam ilmunya soal pelatihan dan produktvitas digeser ke bidang perencanaan dan pengembangan ketenagakerjaan.
Suhartono yang lama berkecimpung di kehumasan, karirnya dari staf hingga menjabat esolon II di dilakononiya di Humas,Kemnaker. Sebelum dipindah ke pusdiklat serta ke Kapus Data dan Informasi Ketenagakerjaan dan akhirnya jadi Staf Ahli Menteri bidang Kerjasama Internaional pada 31 Mei 2019. Karena pengalamanya, Suhartono dikenal jago di bidang public realation. Karena lama di humas, praktis hampir semua bidang teknis di Kemnaker dikuasainya .
INTEGRASI PROGRAM