Mohon tunggu...
ERWAN RISTYANTORO
ERWAN RISTYANTORO Mohon Tunggu... -

Aku membaca zaman, Aku membaca semesta, Aku bersama kompas,

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Indonesia yang Nan Hiperromantis

25 September 2012   03:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:46 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Kisah romantik sarat cinta dan kasih sayang di balik penasbihan Hari Kasih Sayang atau Valentine Day --yang jatuh pada tiap hari ke-14, di bulan kedua dalam tata kalender Gregorian-- memang mencuat dalam banyak versi. Tapi, apapun versinya, pada semua versi itu senantiasa memuatkan satu notisi wajib dan khas dalam kamus cinta: ’Aku cinta padamu’.

Carik-carik kartu Valentine dari abad ke-14 koleksi British Library, London pun menabalkannya. Pada sebuah senja sebelum Santo Valentinus gugur sebagai ’Sang Syahid Cinta’, telah ia gubah satu notisi cinta itu yang diperuntukkan kepada sang kekasih: "Aku Cinta Kamu – Dari Valentinusmu”.

”Aku Cinta Kamu” adalah notisi cinta universal. Tapi kalau saja ada versi bahwa ”Sang Santo Cinta” itu dari tanah Melayu atau Nusantara, boleh jadi dia akan menjadi pujangga cinta yang paling romantis, bahkan hiperromantis. Mengapa begitu? Karena notisi cinta dalam bahasa Indonesia begitu bernuansa, emosional, mendalam, menggetarkan, hiperimpresif, dan --ijinkan saya untuk menabalkannya lagi-- hiperromantis.

Bahasa tercinta Indonesia ini memang amatlah kaya, penuh warna, dan padat rasa. Pun dalam ’ranah’ cinta. Jadi, tidak benar kalau kita harus merasa inferior bila harus berhadapan dengan bahasa asing. Terhadap bahasa asing –Inggris, Arab, atau Mandarin misalkan– sikap kita mestilah proporsional. Bahasa adalah disiplin yang eksotis dan eksploratif: ia senantiasa bertumbuh dan berkembang bersamaan dinamika peradabapan manusia.

Karena itu pulalah, adalah sama sekali tidak salah bila bahasa Indonesia pernah ditahbiskan sebagai bahasa persatuan oleh para intelektual muda nan heroik negeri ini yang telah mencetuskan 'tekad sakral, Sumpah Pemuda pada 28 Oktober, delapan puluh empat tahun silam. Dan, karena itu pulalah, adalah tidak akan pernah bisa disalahkan bila kita getol memupuk cinta kepadanya. Obor rasa cinta dan bangga dengan bahasa sendiri sudah selayaknya tetap kita nyalakan terus-menerus agar bahasa ini bersanding sejajar dengan bahasa-bahasa besar dunia.

Untuk menunjukkan rasa bangga dan turut larut dalam atmosfer cinta kasih yang bersifat kosmikal ini, saya hendak menyandingkan ekspresi notisi cinta ini dari dua bahasa yang secara distingtif sangat berbeda, yakniIndonesiadan Inggris (sebagai salah satu representasi saja dari bahasa-bahasa asing yang ada).

Dalam bahasa Inggris kita mengenal ekspresi notisi cinta ”I love you”. Secara sederhana kalimat romantis ini diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan ”Aku cinta kamu”. Pola penerjemahan ini dalam konteks yang paling sederhana, kaku, dan taat-struktur. Namun bila seorang penerjemah teks Inggris-Indonesia piawai dan mampu menyelami ”emosionalitas cinta”, maka dia akan memiliki peluang besar untuk membuat berpuluh-puluh kalimat dalam bahasa alihan (Indonesia) untuk menerjemahkan satu kalimat ”I love you” itu.

Dalam proses melakukan penerjemahan, saya sendiri sungguh-sungguh bertemu dengan ”keberlimpahan warna, emosi, dan nuansa” dalam bahasa Indonesia untuk mengalihkan kalimat yang teramat sering muncul di banyak lagu pop atau film bergenre romantik ini. Saya pun telah menderetkannya dengan begitu panjang dan semoga Anda tidak kelelahan membacanya.

Alihan dari kalimat ”I love you” dalam terjemahan bahasa Indonesia betul-betul luar biasa kaya, di antaranya adalah: Aku cinta kau; Aku cinta kamu; Aku sayang kau; Aku sayang kamu; Aku cinta padamu; Aku sayang padamu; Aku cinta kepadamu; Aku sayang kepadamu; Aku mencintaimu; Aku menyayangmu; Aku mencintai kamu; Aku menyayangi kamu; Aku mencintai dirimu; Aku sayang dirimu; Aku menyayangi dirimu; Aku menyayangi engkau; Aku cinta engkau; Aku mencintai dikau; Aku menyayangi dikau; Aku sayang engkau; Aku menyayangi kau; Saya mencintaimu; Saya cinta kamu; Saya mencintai dirimu; Saya cinta dirimu; Saya mencintai engkau; Saya cinta padamu; Daku mencintaimu; Daku menyayangimu; Daku mengasihimu; Diriku mencintaimu; Diriku menyayangi kamu; Diriku menyayangi dirimu; Diriku mencintai kamu; Diriku mencintai dirimu; Diri ini mencintaimu; Diri ini mencintai dirimu; Diri ini mencintai dikau; Aku mencintai Anda; Saya cinta Anda; Saya mencintai Anda;; Saya menyayangi Anda; Aku suka kau; Aku suka kamu; Saya suka Anda, Aku suka dirimu; Aku mengasihi dirimu; Aku mengasihimu; Aku menyayangi engkau; Aku cinta engkau; Aku mencintai engkau; dan seterusnya.

Semua notisi ekspresi cinta ini adalah hasil pengalihan dari satu kalimat ”I love you”. Namun dalam bahasa alihan, ekspresi ”aku cinta kamu” bisa begitu berwarna dan amat emotif. Barangkali pemilihannya amat sangat tergantung dari kadar romantisitas si penutur.

Anda kini pun bisa mengomparasikan sendiri ketika menyimak syair-syair lagu pop atau menonton film, baik Indonesia, Hollywood, Bollywood, Iran, Perancis, Filipina, Korea, Mandarin, atau Jepang. Bahasa Indonesia memang benar-benar kaya nuansa, rasa, dan romansa. Anda pun pasti telah mempraktikkan salah satunya untuk kekasih Anda, seperti Sang Santo, enam abad yang lampau. []

________________________________

ditulis oleh:
* Erwan Ristyantoro
Penerjemah Buku, Tinggal di Solo, Jawa Tengah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun