Mohon tunggu...
Ervipi
Ervipi Mohon Tunggu... -

bercerita dengan gambar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

PKC # 4 : Dagdigdug di Dalam Kereta

4 Oktober 2014   12:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:25 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14123737011268417277

Ilustrasi : afrid-fransisco.com

Cerita sebelumnya di sini.

Di dalam kereta, Santi duduk di samping Rama, sementara Dewi duduk sendiri di kursi berhadapan dengan keduanya. Ketiganya banyak bercerita dan ketawa-ketawa sambil menikmati pemandangan melalui jendela di sepanjang 5 jam perjalanan. Dan, mungkin waktu itu Rama dan Dewi tidak tahu apa yang terjadi sama Santi di dalam gerbong kereta itu. Santi nggak mampu menghentikan debaran jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya, Dan, bertambah parah lagi tiap kali matanya bertatapan dengan mata Rama, atau tiap kali nggak sengaja tangan atau bahu cowok itu menyentuhnya. Lalu ingatan Santi mulai terbang meninggalkan kereta yang ia tumpangi, juga meninggalkan logika di kepalanya. Ia merasa kembali ke malam waktu Rama menggenggam tangannya di Sekaten di alun-alun utara waktu itu. Ia mencium wangi tubuh Rama yang sama seperti waktu itu, dan perasaan berbunga-bunga itu mulai merajai akal budi dan kesadarannya.

Rama mungkin nggak tahu kalau waktu itu, Santi duduk di sampingnya dan ketawa-tawa bersamanya, tapi ternyata dalam otaknya ia berkutat dengan kebingungannya sendiri. Kenapa aku masih belum bisa melupakan Rama? Setelah terpisah beberapa tahun, dan setelah banyak hari-hari indahku bersama Mas Faisal, ternyata aku masih terikat sama pesonamu, ucap batin Santi.

Bahkan kemudian ia merasa perasaannya itu disirami kembali oleh Rama dengan tatapannya yang sendu, dengan sentuhan-sentuhan kecil dan sikapnya yang penuh perhatian. Seperti saat keduanya harus menyeberang jalanan kota Surabaya yang padat, entah Rama sengaja atau tidak, ia menggandeng tangan Santi dan menariknya ke seberang jalan sambil memberi tanda pada mobil-mobil yang melaju kencang agar mengijinkan keduanya lewat. Tanpa sadar, keduanya meninggalkan Dewi yang masih di seberang jalan. Dan Dewi hanya terbengong-bengong menyaksikan ulah dari dua sahabatnya itu.

Sepulangnya dari Surabaya, Rama pun makin intens menghubungi Santi. Lalu, pertemuan demi pertemuan hanya berdua terlalu sulit ditolak Santi. Mungkin naif kalau ia bilang alasannya adalah karena kesepian akibat LDR. Tapi sejujurnya, itu karena ia memang belum bisa membunuh perasaannya ke Rama. Ia merasa lain saat bersama cowok itu. Ada kekaguman yang besar dari dasar hatinya. Rama itu benar-benar cakep, manis dan mempesona tanpa bisa dijelaskan dengan kata-kata. Dan sikapnya yang selalu seolah menyanjung Santi membuatnya merasa benar-benar hidup dan bersinar saat bersamanya. Perasaan-perasaan yang tidak ia dapatkan saat bersama Mas Faisal.

Lalu pengakuan itu keluar dari mulut Rama.
"Aku baru sadar San, kalau kamu itu ternyata sangat berarti buat aku"
Sulit digambarkan gimana perasaan Santi saat mendengarnya. Senang, tersanjung, bahagia, tapi juga ada rasa bersalah, berdosa, khawatir, dan hilang arah. Tetapi di antara perasaan-perasaan yang bercampur aduk itu, perasaan tersanjung dan bahagia yang paling kuat ia rasakan.
"Apa sih sebenarnya yang bikin kamu masih ingat aku?" tanya Santi lain waktu.
"Gimana ya? Kamu itu...bisa ngertiin aku," jawab Rama.

Sampai sekarang Santi tidak tahu persis apa yang dimaksud Rama dengan 'ngertiin kamu'. Tapi kata-katanya itu makin meyakinkan Santi kalau dirinya memang istimewa buat Rama, bahwa keduanya memang sehati dan semestinya mereka bisa menyatukan perasaan masing-masing.

Santi merasa sudah gila, atau ia baru menyadari kalau ia sebenarnya cewek gila, karena nekat menduakan Mas Faisal dan menjadi yang kedua buatnya. Ia bahkan sempat perang lewat Messenger dengan tunangan Rama yang entah dari mana bisa mencium kedekatan keduanya. Santi juga sering datang ke kontrakan Rama hanya agar bisa berduaan dengan cowok itu. Hal-hal yang kalau ia pikir dengan kesadaran penuh adalah hal-hal yang tidak mungkin ia lakukan sebagai Santi, cewek baik-baik.

Ya. Aku memang sudah gila. Gila karena kamu. Batin Santi sambil memandangi foto Rama yang dipegangnya.

Santi sekarang terjebak di dalam lingkaran api yang ia nyalakan sendiri. Ia akan terbakar jika ia melompat keluar, tetapi ia tahu ia akan mati jika bertahan. Sebenarnya, ia tahu hal terbaik yang seharusnya ia lakukan. Tapi, ia merasa nggak punya kekuatan lagi untuk menafikan keindahan Rama. Rama sudah jadi kebutuhan utamanya. Seperti makanan bagi perasaannya. Seperti udara yang membawa oksigen buat aliran darahnya. Ia tetap akan mati jika di luar lingkaran api itu tidak ada Rama.

BERSAMBUNG..............

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun