Ilustrasi di sini.
Cerita sebelumnya di sini.
"Ikut ke Sekaten yuk," tulis Rama.
Santi nggak bisa nahan senyum hepinya. Memang waktu itu pas bulan Maulud, jadi di alun-alun utara Jogja diadakan Pasar Malam Sekaten yang di dalamnya banyak stand-stand permainan dan stand penjual berbagai macam barang dan makanan. Tapi senyum Santi kemudian agak memudar karena ia inget ibunya.
"Nggak bisa. Aku nggak boleh keluar malem," tulisnya di bawah tulisan tangan Rama.
Kertas itu ia lipat lagi lalu ia ulurkan ke Dewi, "Rama" katanya. Dewi mengulurkan kertas itu ke Bella yang duduk di sebelah kirinya. Dan Bella mengulurkan kertas itu ke sebelah kirinya lagi yang ternyata ada Pak Dosen yang sedang berdiri di sampingnya. Lho?
Beberapa saat kemudian, Dewi mengulurkan kertas yang sama, Santi terima dan ia buka lagi.
"Ayolah ikutan, kan nggak tiap hari ada Sekaten," bujuk Rama.
"Aku minta ijin ibuku dulu," tulis Santi akhirnya.
Untunglah akhirnya ibunya mengijinkan meski dengan syarat pulang sebelum jam 10 malam. Santi bersyukur banget, waktu itu ia jadi keluar bareng Rama, karena malam itu adalah malam yang indah yang nggak akan pernah ia lupakan.
Malam itu cerah banget. Santi sangat menikmati kebersamaan bareng Rama dan sahabat-sahabatnya. Mereka berjalan sambil ketawa-ketawa. Teman-temannya yang cewek heboh tiap kali lihat stand yang menarik. Ada stand yang menjual baju import bekas, menjual berbagai macam aksesoris, dan ada juga stand yang menjual aneka makanan khas Sekaten. Sebaliknya teman-temannya yang cowok heboh tiap kali lihat pengunjung cewek yang menarik, hehe. Ada pengunjung yang mirip Luna Maya, Tamara Bleszynski, Cut Tari, dan yang mirip Mpok Atik juga ada.
Lalu nggak jelas gimana awalnya, Santi dan Rama agak terpisah dari yang lain. Mereka berjalan berdua. Pelan-pelan dan santai sambil sesekali melihat-lihat barang-barang di beberapa stand. Santi sempat cerita ke Rama kalau ia suka boneka dan pengen beli jika ada yang menarik.