Raut wajah Surti mendadak gelisah, ketika pandangan matanya tertuju pada sebuah judul berita di koran yang sedang dipegangnya. "Begal Beraksi, Seorang Pemuda Luka Parah". Bukan sekali ini saja ia mendengar berita tentang keberingasan pelaku begal motor yang sangat meresahkan masyarakat itu. Beberapa bulan silam, setidaknya ada tiga kasus begal motor yang ia dengar. Dan salah satu korbannya adalah tetangganya sendiri. Ia bergidik ngeri saat mendengar langsung cerita dari tetangganya itu. Betapa sang pelaku begal tak segan-segan untuk melukai korbannya dengan pedang yang dibawanya.
Kenapa Surti patut gelisah? Karena tak jarang ia pulang dari pabrik sudah larut malam. Apalagi mau tak mau ia harus melewati persawahan yang sepi untuk menuju rumah neneknya. Karena masih lajang dan seorang yatim piatu, kemana-mana ia selalu bepergian sendiri. Tapi untunglah, selama ini ia tak pernah ketemu dengan para pelaku begal motor.
Tapi malam itu mungkin malam yang apes bagi seorang Surti. Saat dalam perjalanan pulang melewati wilayah persawahan yang sepi, tiba-tiba dari arah samping muncullah sebuah motor matik. Pengendara matik itu menyuruh Surti untuk menghentikan laju motornya. Dengan wajah ketakutan, Surti pun menepikan motornya di pinggir persawahan yang gelap gulita. Dengan mengacungkan sebuah pedang tajam, si pembonceng motor matik langsung meminta Surti untuk menyerahkan hape yang dibawanya. Sadar jika jiwanya terancam, mau tak mau Surti pun menuruti permintaan sang pelaku begal. Sambil membuka masker motor yang menutupi wajahnya yang terkesan judes itu, ia lalu mengeluarkan hapenya.
Aneh, si begal yang membawa pedang itu mendadak wajahnya pucat pasi. Seperti melihat hantu, pemuda itu pun buru-buru naik ke boncengan dan menyuruh temannya untuk langsung cabut meninggalkan tempat itu. Dan Surti pun hanya bisa bengong menyaksikan sang pelaku begal motor meninggalkan dirinya tanpa sempat membawa apa-apa.
Sesampainya di rumah neneknya, Surti langsung masuk ke kamar tidurnya dan berdiam diri di depan cermin. Sambil mengerutkan dahinya, dipandanginya lekat-lekat wajahnya. Ia masih tak percaya dengan apa yang dialaminya barusan. Surti yakin sekali jika pelaku begal motor itu seperti ketakutan ketika melihat wajahnya. Apakah wajahku seperti hantu? tanya Surti dalam hati. Akhirnya setelah sepuluh menit bercermin dan belum jua menemukan jawabannya, ia pun merebahkan dirinya di atas kasur. Kedua matanya terpejam, tapi dahinya masih terlihat berkerut-kerut.
-------
Empat hari kemudian, ia pun lagi-lagi ketemu dengan sang pelaku begal motor. Berbeda dengan malam sebelumnya, kali ini dua pelaku begal yang ada di depannya semua berbadan tinggi besar, yang membuat nyali Surti langsung ciut seketika. Dari sorot matanya, Surti yakin kedua pemuda itu tak segan-segan melukai para korbannya. Saat itu Surti sudah pasrah jika harus kehilangan motor dan hapenya. Lebih baik aku kehilangan harta benda daripada harus kehilangan nyawa, kata Surti dalam hati.
Salah satu pelaku begal lalu membentak Surti untuk menyerahkan hape yang dibawanya. Dengan jantung yang berdegup kencang dan tangan gemetaran, tangan kanannya langsung merogoh isi saku celananya. Saat tangan kirinya membuka masker motor yang menyembunyikan wajahnya yang terkesan judes itu, lagi-lagi peristiwa aneh pun terjadi. Wajah sang begal mendadak pucat pasi ketika melihat wajah Surti yang tak tertutup masker itu. Seperti melihat hantu saja, sang begal pun langsung buru-buru naik ke atas jok motor dan menyuruh temannya untuk langsung cabut meninggalkan tempat itu. Dan untuk kedua kalinya, Surti hanya bisa bengong melihat sang pelaku begal motor yang bertubuh tinggi besar lari ketakutan gara-gara melihat wajahnya.
Sesampainya di rumah neneknya, Surti langsung masuk ke kamar tidurnya dan bercermin. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal, tak henti-hentinya ia mengucap syukur. Hampir saja ia masuk koran jika saja sang begal malam itu tak lari ketakutan. Sama seperti malam sebelumnya, keningnya nampak berkerut. Dipandanginya lekat-kelat wajahnya yang terkesan judes itu.
"Apakah wajahku seperti hantu? Sehingga para begal itu lari ketakutan saat melihat wajahku ini?"
Sudah setengah jam lamanya Surti mematung di depan cermin. Betapapun kerasnya ia berfikir, tapi belum juga ia menemukan jawabannya. Kenapa para begal motor itu seperti ketakutan saat melihat wajahnya yang terkesan judes itu? Dan pertanyaan yang satu ini selalu terngiang-ngiang di kepalanya.