Seberapa sering Anda mendengar kalimat, "Dasar kurang kerjaan lu"
Ya, perkataan semacam itu biasanya muncul ketika kita (lu aja kali) sedang melakukan suatu perbuatan yang gak penting-penting amat di mata orang lain. Kurang kerjaan itu bisa terjadi baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Contohnya seperti :
- Mencari jarum yang jatuh di tumpukan jerami (kenapa gak beli lagi sih? Kehabisan duit?)
- Memompa ban mobil yang kempes dengan mulut (sini Neng, Abang bantuin tiup mulutnya eh bannya).
- Mencari kutu di rambutnya singa (ini namanya mencari mati woy)
- Menghitung bintang di langit (pasti yang nyuruh gebetannya, eeaaa)
- Menghitung sudah berapa kata sebelum artikel di publish (aish..siapa tuh?)
Nah contoh yang terakhir di atas yang dinamakan kurang kerjaan di dunia maya. Masak tiap mau posting artikel dihitung dulu sih jumlah katanya sudah mencapai 150 kata apa belum. Kan gak praktis itu namanya. Ya dikira-kira aja gitu. Umpama tulisannya kependekan ya dipanjangin dikit. Atau sebaliknya, kalo dirasa kepanjangan ya bisa dipanjangin lagi. Loh?
Satu lagi nih contoh dari kurang kerjaan di dunia maya. Contohnya gak usah jauh-jauh deh, yaitu tetanggaku sendiri, namanya Sugeng. Awalnya ketika kukenalkan padanya blog keroyokan yang bernama Kompasiana, ia langsung mencibir, " Ogah ah, ngapain capek-capek nulis tapi gak dibayar. Yang ada malah tekor, ngabisin kuota internet, belum rokok dan kopinya.."
Mendengar itu aku hanya bisa mengelus dada (dadaku sendiri tentunya), sambil bergumam, "Kamu belum ngerasain aja yang namanya ketagihan..."
Seminggu kemudian, tetanggaku yang bertubuh atletis itu datang menemuiku sambil menunjukkan artikelnya yang diposting di Kompasiana. Tentu saja aku kaget melihat mukanya yang ceria itu. Katanya gak tertarik dengan Kompasiana, kok sekarang seperti menemukan hobi baru sih? Â