ilustrasi : Tribunnews.com
Saat cuaca panas gini, enaknya sih minum yang dingin-dingin. Kalau gak pengen repot-repot bikin, ya tinggal beli aja beres. Di pinggir jalan banyak tuh yang jualan es. Ada es dawet, es buah, es jus, dan masih banyak lagi. Tinggal pilih mana yang paling disuka. Es-es tersebut boleh kok dibeli semua, kecuali (gelar) es 1 ya, hehe. Yang satu ini mau gak mau harus diperjuangkan.
Kalau bicara masalah dagangan yang laku, itu banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah faktor si penjual sendiri. Tak bisa dipungkiri bila penampilan menarik si penjual turut mempengaruhi laku tidaknya dagangannya. Itulah kenapa di koran-koran, tak ada iklan lowongan pekerjaan yang berbunyi seperti ini,Â
Dibutuhkan penjaga toko pakaian dalam wanita
Syarat : Wanita, umur min 60 tahun, single, penampilan menarik.
Terkadang terdengar ironis. Bila yang jual berparas cantik atau setidaknya berpenampilan menarik, biasanya sih dagangannya akan rame pembeli, padahal bisa jadi rasanya biasa saja. Sebaliknya yang rasanya jos malah sepi atau kurang laris karena yang jual kebetulan gak menarik (usia lanjut).
Tapi tak selamanya yang penjualnya kurang menarik (berusia lanjut) dagangannya kalah laris sama yang muda dan cantik. Contohnya seorang kakek bernama Mbah Margo ini.
Teman saya bercerita, ada seorang gadis penjual es di kampungnya. Parasnya lumayan cantik mirip pedangdut Uut Permatasari. Tak mengherankan dagangan es-nya cepat habis. Walaupun begitu, ia masih kalah laris bila dibanding si Kakek yang berjualan tak jauh darinya. Berangkatnya selalu bareng, tapi si Kakek selalu pulang lebih cepat karena es-nya lebih dulu habis. Padahal dagangannya sama yaitu es campur, harga dan lokasinya pun sama.
Mendengar itu tentu saja saya kaget dong. Apalagi setelah melihat perbandingan foto diantara keduanya, bak langit dan bumi. Yang satu masih muda dan cantik, satunya lagi udah kakek-kakek.
Sayangnya teman saya tidak mau memberi tahu rahasia si Kakek mengalahkan dagangan milik si gadis. Saya malah disuruh membuktikannya sendiri. Ah paling-paling rasanya yang beda, pikirku saat itu.
Akhirnya siang itu saya memutuskan untuk lebih dulu pergi ke warung es milik si penjual cantik tersebut. Benar seperti kata teman saya, gadis penjual es itu berparas ayu. Saat ia sedang meracik es campur, kugunakan kesempatan itu untuk ngobrol dengannya. Sayang ia irit bicara, terkesan judes gitu. Mungkin belum kenal kali ya.