Hari masih pagi buta, tetapi gerobak bakso milik Pak Ujang sudah diserbu oleh sekumpulan anak muda bermotor. Wajah anak-anak muda itu nampak sumringah sekali, ketika melihat Pak Ujang dengan cekatannya melayani pesanan mereka. Tak berapa lama, dagangan Pak Ujang pun ludes tak bersisa. Menariknya, mereka yang lebih dulu selesai makan bakso, tidak lekas pergi. Tapi lebih memilih mengobrol dengan teman sebelahnya, nampaknya mereka menanti teman-teman yang lain selesai makan juga.
Barulah ketika semuanya selesai makan bakso, dengan wajah tak bersalah anak-anak muda itu segera beranjak meninggalkan Pak Ujang sendirian yang sedang sibuk membereskan mangkok-mangkoknya. Karuan saja Pak Ujang langsung mencak-mencak melihat sekumpulan anak muda itu tak ada yang membayar baksonya.
"Woi, baksonya dibayar dulu mas..!!!" teriak Pak Ujang, kesal.
Salah satu dari anak-anak muda itu lalu membalikkan badan mendekati Pak Ujang sambil berkata, "Lho, gak salah denger saya Pak? Katanya bakso ini gratis?"
"Gratis dari Hongkong? Bisa bangkrut saya kalo gini caranya. Udah cepetan bayar..!!!" kata Pak Ujang setengah berteriak.
"Ya gak maulah pak kalo saya disuruh bayar, kan bakso ini gratis.." kata anak muda itu gak mau kalah.
"Beneran nih gak mau bayar?" kata Pak Ujang sambil mengayun-ayunkan sebuah clurit.
Tak ingin menjadi amukan Pak Ujang, anak muda itu cepat-cepat berkata, "Coba deh bapak baca striker ini kalo gak percaya.."
Pak Ujang lalu melihat striker yang ditunjuk anak muda itu yang tertempel di gerobak baksonya.
"Celaka dua belas! Saya kemarin lupa melepasnya.." kata Pak Ujang sambil menepok jidatnya, ketika ingat ia kemarin mengikuti Pesta Rakyat di sekitar Monas.
*