Untuk menghangatkan tubuh di sore hari yang agak mendung, aku dan Parjo memutuskan untuk mojok di warung kopi. Karena kami sesama jenis, maka yang kami lakukan ya cuma ngopi bareng. Maksudnya tanpa pake acara pegang-pegangan tangan dan bergelendot manja gitu. Sambil menyeruput kopi panas buatan mbak penjaganya yang bodinya hmm..sekilas mirip Jupe, kami bicara ngalor ngidul membicarakan isu-isu terkini. Dengan lagaknya yang seperti pengamat politik, Parjo dengan semangatnya mulai mengupas segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi seputar kasus yang tengah ramai diberitakan di media massa, yaitu permasalahan yang menimpa calon Kapolri Komjen Budi Gunawan.
Sebenarnya aku agak jengkel juga dengan temanku ini, karena saking semangatnya ia dalam berbicara, air ludahnya sampe muncrat-muncrat ke mana-mana.
Dilihat dari isi pembicaraannya, aku menduga si Parjo ini pasti rajin mengikuti tulisan-tulisan bertema Politik di Kompasiana. Dan tebakanku rupanya tak meleset, ketika kutanya siapa nama Kompasianer yang rajin menulis politik, ia bisa menjawabnya dengan sangat tepat.
"Mbak Mike Reyssent..!!!" jawab Parjo mantap.
"Yang laki siapa aja bro?" tanyaku kemudian.
"Aduh aku mendadak amnesia nih...."
"DASARRRR..."
Sama-sama sebagai pendukung Jokowi di Pilpres kemarin, kami berusaha menebak-nebak apa motif dari kubu KMP sehubungan dengan dukungan mereka dalam pencalonanan Komjen Budi Gunawan yang sudah jelas-jelas sebagai tersangka. Dan di tengah-tengah keseruan pembicaraan kami, tiba-tiba Yu Nani, pemilik warung kopi yang juga tetanggaku, datang menghampiri meja kami. Rupanya ia dari tadi diam-diam nguping obrolan kami berdua.
"Tuh kan aku bilang juga apa. Jokowi itu emang tak bisa diharapkan.." celetuk Yu Nani.
"Kamu bicara apa sih Yu??" tanya Parjo dengan muka tak senang.
"Dari tadi kalian menyanjung nama Jokowi. Tapi apa yang bisa kalian harapkan dari Jokowi?"