Tria pun menceritakan kejadian yang dialaminya kepada orangtuanya setelah sampai di rumah. Dengan panjang lebar Tria menceritakan semuanya mulai dari dia berangkat ke sekolah sampai jumpa dengan Mas yang telah memberinya uang. "Bagaimana menurut Bapak dan Ibu??" tanya Tria setelah dia selesai menceritakan semuanya. "Itu sudah memang jalan kamu, Nak. Ikuti saja dan berjuanglah untuk menjadi seorang pemenang." Jawab ayah menanggapi ceria Tria. "Benar, Nak. Dan kamu jangan pernah lupa untuk selalu mengucap syukur kepada Tuhan yang sudah membukakan jalan bagi keluarga kita. Siapa tahu ini adalah cara Tuhan untuk mengubahakan nasib keluarga kita" sambung ibu sambil memberi nasihat dan dorongan. "Baiklah Pak, Bu, Tria akan mengikuti lomba itu dan berjanji akan menjadi seorang pemenang yang akan mengangkat martabat keluarga kita." Suasana pun menjadi sangat mengharukan dan Tria pun memeluk Bapak dan Ibunya.
Keesokan harinya, Tria pun mendaftar sayembara karangan ilmiah itu. Setelah mendapat formulirnya, Tria pun harus mempersiapkan karyanya paling lambat seminggu setelah pendaftaran. Dengan diiringi doa dan dukungan dari keluarga dan semangat yang membara dengan hadiah yang akan didapatkan, Tria pun mulai mempersiapkan karyanya dengan sebaik-baiknya. Setelah seminggu, Tria pun mengirim karyanya dan menunggu pengumuman dua minggu setelah pengumpulan karya ilmiahnya.
Hari demi hari pun dijalani Tria dengan penuh pengharapan dan doa. Begitu juga dengan Bapak dan Ibunya yang sangat berharap mukjizat dikeluarganya terjadi. Dua minggu pun berlalu. Seperti biasa, pagi-pagi buta Tria sudah bangun dari tidurnya, membantu ibunya membuat gorengan, memandikan adik-adiknya yang masih kecil-kecil, membuat makanan dan bergegas berangkat ke sekolah. Sesudah sampai di sekolah, Tria pun menyempatkan diri untuk beristirahat di bundaran dan bersandar di pohon yang rindang. Tria pun kembali memainkan pikirannya. "Kapan ya Tuhan keluargaku dapat hidup layak, punya rumah bagus???" Ucap Tria dalam hatinya. Lamunannya pun segera buyar karena terdengar lonceng masuk sekolah. Tria pun bergegas menuju kelas karena tidak ingin terlambat.
"Selamat pagi anak-anak" ucap Pak guru dengan semangat pagi. "Selamat pagi Pak Guru." Jawab para siswa dengan serempak. "Pagi ini sekolah kita mendapat berita gembira dan membuat nama sekolah kita menjadi harum." Salah seorang siswa mengacungkan tangan dan bertanya, "Maaf, Pak, kalau boleh tahu berita apakah itu??" Pak guru berhenti sejenak. Suasana kelas pun menjadi sangat hening. Tiba-tiba Pak guru berkata, "Berita gembiranya adalah bahwa salah seorang siswa dari sekolah kita terpilih menjadi juara karya ilmiah." Spontan Tria sangat senang mendengarnya. Tapi Tria tidak boleh langsung senang dulu karena siapa tahu nama siswa lain yang terpilih, karena bukan hanya Tria saja yang mengikutinya.
"Siswa itu adalah...." Pak guru membuat suasana semakin tegang. "Tria Theresia..." ucap Pak guru dengan kencang. Semua siswa langsung bertepuk tangan dan berdiri menyambut Tria agar maju dan berdiri di depan kelas. Tria sangat terkejut mendengarnya dan tanpa disadari air mata pun jatuh di pipinya. Sambil berjalan ke depan, Tria berdoa di dalam hati. "Terima kasih ya Tuhan buat berkat Mu, mukjizat Mu sudah terjadi di keluarga ku." Setelah Tria berdiri di depan, Pak guru memberi ucapan selamat. Seketika itu juga, kepala sekolah dan para panitia lomba masuk ke kelas dan membawa hadiah lomba yang akan diserahkan kepada Tria. Air mata Tria pun tak tertahankan lagi, akhirnya jatuh dengan deras membasahi pipinya. Yang mebuat Tria sangat terharu adalah ketika keluarganya datang juga. Seakan-akan semuanya sudah diatur dengan baik. Ditambah dengan sorotan TV dari salah satu stasiun swasta. Suasana saat itu sangat mengharukan karena kebahagiaan yang sangat luar biasa dan tak terduga. Akhirnya hadiah pun diberikan kepada Tria bersama keluarganya. Tria pun langsung memeluk Bapak, ibu dan kedua adiknya. Air mata bahagia pun meramaikan suasana di dalam kelas.
Akhirnya Tria pun berangkat ke luar negeri untuk study tour selama dua minggu. Setelah pulang, Tria mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Perguruan Tinggi. Berkat buat keluarga Tria pun selalu baru. Tria lulus Ujian Nasional dan lulus di Jurusan Kedokteran di salah satu Universitas Negeri ternama di Jakarta. Keluarga Tria sangat bangga pada Anak sulungnya karena mampu menjadi berkat dan mengubahkan nasib keluarganya dan juga mampu mengangkat martabat keluarganya.
"Terima kasih ya Tuhan buat berkat dan mukjizat yang Engkau beri kepada keluarga kami. Ajar juga aku untuk selalu mengucap syukur, bukan mengeluh dan berkati juga orang yang sudah membukakan jalan dengan memberi uang untuk membeli formulir ku, amin."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H