Mohon tunggu...
Ervina P Hasibuan
Ervina P Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - ordinary people

Orang biasa yang ingin menulis lebih banyak.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Memahami Kitab Suci

20 Juni 2024   11:41 Diperbarui: 20 Juni 2024   12:18 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ang menjadi sumber teologi gereja? Ada empat sumber teologi gereja, yaitu: Alkitab, akal budi, pengalaman beragama dan tradisi gereja. Alkitab menjadi bagian yang penting dalam iman Kristen. Martin Luther, bapakReformasi Gereja memiliki pertanyaan tentang cara manusia mendapatkan keselamatan dari Allah (dalam bahasa yang dipakai Luther "pembenaran" dari Allah). Luther menemukan jawaban ketika membuka Alkitab dan menemukan ayat: "Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman" (Roma 1: 17). Luther merumuskan jawaban itu bahwa manusia memperoleh pembenaran dari Allah berkat iman dan hanya iman (sola fide).

Martin Luther mengakui bahwa satu-satunya otoritas sumber iman adalah Kitab Suci (sola scriptura). F. Budi Hardiman menyebutkan pendapat para reformator gereja yang mengatakan bahwa Alkitab tidak memerlukan "intrepretasi eksternal" agar dapat dipahami. Kitab Suci adalah penafsirnya sendiri. Jika Alkitab tidak dapat dipahami secara memadai, hal itu karena pembaca kurang persiapan dan kurang pengetahuan (Hardiman 2015, 15-16). Jika Kitab Suci atau Alkitab sebagai sumber iman, muncul pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana memahami kitab suci dengan baik, apakah cukup membaca Alkitab saja tanpa sumber-sumber lain?

Pembaca Alkitab dari masa ke masa tentu memiliki latar belakang berbeda dibanding saat penulisan Alkitab. Memahami Alkitab memerlukan suatu hermeneutika atau proses menafsirkan secara khusus. Orang pertama yang meletakkan dasar bagi hermeneutika Protestan adalah Matthias Flacius Illyricus yang menulis buku Clavis Sripturae Sacrae (1567). Tentu ini menjadi masukan penting bagi gereja untuk memberi perhatian khusus proses memahami dan menafsirkan Alkitab sebagai cara memahami pesan Tuhan.

Memahami kitab suci adalah proses berteologi juga bagi jemaat awam. Bagi gereja ada tantangan untuk mencari cara memahami teks-teks Kitab Suci, menafsirnya (sesuai dengan teks, konteks dan penulisnya) dan tidak terjebak pada sikap asal tafsir. Oleh karena itu, menurut saya hermeneutika diperlukan untuk memahami dan menafsirkan Kitab Suci. Hermeneutika modern yang sudah mengembangkan metode-metode intrepretasi Alkitab perlu membuka diri terhadap makna transedental dalam kitab suci sebagai wahyu Ilahi yang dapat membawa pembacanya ke dalam pemahaman sekularisasi. Seperti yang disebutkan oleh Paul Ricoeur, seorang ahli hermeneutik yang mengatakan  "kita percaya untuk memahami dan memahami untuk percaya" (Hardiman, 330).

Nalar yang menerangi iman dalam menjalankan hermeneutika dapat memberi pertanggungjawaban rasional atas imannya. Kandungan normatif kitab suci dapat menjadi sumber kritik ideologi yang tajam, jika diperlengkapi dengan hermeneutika secara bertanggungjawab dan dapat mengembangkan cara berpikir (Hardiman, 331). Selanjutnya, tantangan bagi gereja adalah ketekunan membaca teks-teks kitab suci, menafsir, dan mengaplikasikannya ke dalam kehidupan masa kini. Salah satunya adalah menjadi garam dan terang bagi dunia. 

Daftar Acuan

Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual-Konfrontasi dengan Para Filsuf dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius.

Hardiman, F. Budi. 2015. Memahami Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida. Yogyakarta: Kanisius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun