Mohon tunggu...
Ervina P Hasibuan
Ervina P Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - ordinary people

Orang biasa yang ingin menulis lebih banyak.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sang Kebenaran

15 Juni 2024   12:56 Diperbarui: 15 Juni 2024   12:57 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada dasarnya manusia memiliki rasa ingin tahu dan ingin mengetahui bahwa pengetahuan yang ia miliki mengandung kebenaran. Meski kebenaran memiliki jalan berliku, manusia pencari kebenaran selalu gigih mencarinya. Sejak muda, Agustinus memiliki ketertarikan akan tema kebenaran, misalnya: mengapa Tuhan tidak memusnahkan kejahatan, di manakah kebenaran, mengapa orang benar menderita. Pencarian kebenaran yang dilakukan Agustinus merupakan jalan yang panjang dan berliku.

Agustinus lahir pada tahun 354 dimana saat itu kebudayaan Helenis tersebar, kerajaan Romawi Barat muncul dan berkuasa, serta meluasnya ajaran kristiani. Dengan konteks keadaan saat itu, Agustinus yang resah mencari kebenaran, berpaling dari satu ajaran ke ajaran lain.

Pada awalnya, Agustinus tertarik dengan tulisan-tulisan Cicero yang menghidupkan kembali filsafat Sokrates-Plato. Saat itu ia memiliki keyakinan bahwa kebahagiaan ditemukan hanya pada filsafat dan bukan pada kesenangan dunawi. Setelah mengagumi Cicero, Agustinus menjadi pengikut manikeisme yang memiliki salah satu ajaran bahwa keselamatan manusia datang dari manusia itu sendiri, lalu ia menganut skeptisisme. Selanjutnya ia menganut ajaran neo-Platisme dan pengalaman ini yang membawanya menggeluti ajaran Kristen. Agustinus menemukan jalan menuju Sang Kebenaran melalui tulisan Paulus.

Pada tahun 387 Agustinus dibaptis dan pada tahun 391 ia ditahbiskan menjadi seorang imam. Ia meninggal dunia pada tahun 430 dengan mewariskan banyak tulisan dan ajaran yang masih dipelajari sampai saat ini. Agustinus memiliki pandangan seperti yang dikutip oleh Tjahjadi (Tjahjadi: 2004) bahwa “Aku mengenal diriku hanya di dalam terang kebenaran dari Dia, yang selalu mengenal (menciptakan) aku.” Agustinus menolak ajaran skeptisisme yang menyebutkan bahwa manusia tidak dapat mencapai kepastian pengetahuan. Agustinus mencari kepastian jalan pengetahuan. Dengan iman, manusia dapat mengembangkan berbagai kemungkinan pengetahuannya. Dengan pengetahuan, manusia dapat meneguhkan imannya. Baginya, manusia yang mencari kebenaran memiliki gerakan dari dunia indrawi menuju jiwa manusia dan dari situ bergerak menuju batin atau hati manusia yang paling dalam, menuju Tuhan sebagai dasar dari segala kebenaran itu sendiri. Agustinus memiliki ajaran iluminasi yang menjelaskan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran-kebenaran yang abadi dan sejati karena terang (lumen) dari Allah. Keresahan Agustinus yang mencari kebenaran merupakan pengalaman seorang manusia sejati yang gigih. Proses perjalanannya panjang, tidak mudah dan tidak selalu tepat, tetapi akhirnya ia bertemu Sang Kebenaran.

Orang-orang di Indonesia umumnya mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Namun, mengapa masih banyak ditemukan kasus korupsi, atau marak terjadi “perang agama” melalui komentar di media atau sosial media dari sebagian besar orang yang mengakui Tuhan? Bukankah kita dapat menampilkan sosok manusia yang memiliki batin/hati yang berdasar pada kebenaran, yaitu Tuhan? Seandainya kita semua menyadari hal ini, bukankah Indonesia ini dapat hidup damai dan bersatu termasuk dalam mencari solusi untuk persoalan dalam bangsa ini. 

Daftar Acuan

Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual-Konfrontasi dengan Para Filsuf dari Zaman Yunani Hingga Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun