Mohon tunggu...
Ervina P Hasibuan
Ervina P Hasibuan Mohon Tunggu... Lainnya - ordinary people

Orang biasa yang ingin menulis lebih banyak.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sarah Gilbert dan Sokrates

14 Juni 2024   12:02 Diperbarui: 14 Juni 2024   12:33 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat itu dunia sedang berjuang untuk menghadapi pandemi Covid-19 yang telah terjadi selama hampir dua tahun. Pandemi ini menyebabkan beberapa aspek kehidupan manusia menjadi terganggu. Upaya penemuan vaksin untuk mengatasi virus ini telah dilakukan oleh beberapa ahli. Salah satunya adalah Sarah Gilbert, seorang ahli vaksin dari Inggris adalah penemu vaksin AstraZeneca. Selama ini ia dikenal sangat berdedikasi dengan ilmu pengetahuan. Sarah memiliki fokus penelitian ilmiah mengembangkan vaksin melawan influenza dan virus pathogen.

Sekitar bulan Juli tahun 2021, nama Sarah Gilbert ramai diperbincangkan karena dia rela melepaskan hak patennya sebagai penemu vaksin AstraZeneca seperti yang dilansir di Kompas.Com. Ia melakukannya agar vaksin AstraZeneca bisa diproduksi secara mandiri dan massal. Dengan demikian vaksin ini dapat dipergunakan oleh banyak orang di berbagai negara dengan harga yang lebih terjangkau.

Sarah menampilkan karakter sejati dari seorang ilmuwan. Ia dan timnya tentu telah melakukan riset dan percobaan berkali-kali sampai ia menemukan vaksin AstraZeneca. Ia memiliki karakter seorang ahli yang serius menerapkan pengetahuan ilmiahnya. Penemuan vaksin AstraZeneca adalah hasil dari proses belajar yang menuntut keseriusannya menghayati ilmu, dan percobaan/latihan yang berulang-ulang sampai ia menemukan vaksin yang tepat. Seharusnya usaha keras dalam penemuan tersebut bisa dipakai untuk menikmati materi yang berlimpah, namun ia memilih untuk membagikan pada orang-orang yang membutuhkan vaksin.

Doni Koesoema mengutip perkataan Sokrates yang menyebutkan bahwa manusia adalah jiwanya, bukan kemampuannya berbicara di depan umum (Koesoema: 27). Sokrates memberikan nuansa baru dalam pemikiran tentang pendidikan karakter saat itu. Memelihara ‘jiwa’ menjadi tujuan pendidikan agar manusia tetap memiliki kualitas dan keutamaan yang menjadi ciri khasnya. Di dalam jiwa kita memiliki kegiatan berpikir, bertindak dan menegaskan nilai-nilai moral dalam hidupnya.

Pada masa Yunani kuno ada istilah arete yang bermakna "kehebatan" atau keutamaan (virtue) dalam pengetahuan. Bagi Sokrates, makna arete menjadi bermakna dimensi moralitas manusia. Pendidikan karakter merupakan pendidikan jiwa bagi bertumbuhnya nilai-nilai etis dalam diri manusia. Menurut Sokrates, nilai-nilai ini membawa seseorang pada kebahagiaan. Hal ini membuat saya merenung tentang sosok Sarah Gilbert. Seandainya Sarah Gilbert tidak melepaskan hak paten vaksin AstraZeneca, maka ia bisa mendapat keuntungan yang banyak. Namun, Sarah Gilbert mau membagikannya agar orang-orang dari berbagai tempat di dunia ini mendapat vaksin dengan harga yang terjangkau. Sarah Gilbert memiliki keunggulan (arete) sebagai ilmuwan yang juga memiliki karakter menjunjung nilai-nilai moral dan etis untuk kemanusiaan. Semoga dunia ini memiliki lebih banyak ilmuwan dan orang-orang seperti Sarah Gilbert.

Daftar Acuan

Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Era Global. Jakarta: Grasindo.

Kompas. 5 Hal Inspiratif dari Sarah Gilbert, lmuwan Penemu Vaksin AstraZeneca. 

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/07/19/090340520/5-hal-inspiratif-dari-sarah-gilbert-ilmuwan-penemu-vaksin-astrazeneca?page=all. (diakses 27 Agustus 2021).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun