Hai hai para mamaks yang udah setia mau baca tulisan aku. Makasi yah. Aku sharing pengalaman aja di sini, karena dari pengalaman selalu ada pelajaran. Hari ini mau bahas tentang pressure sesudah lahiran. Adakah di sini mamak-mamak baru yang baru melahirkan anak pertama? Minim pengalaman, minim pengetahuan, serta minim perhatian? Yup, hari ini aku mau cerita soal ini.
Pertama-tama aku mau disclaimer dulu yah, ini adalah ceritaku, kalo cerita mamak beda lagi, boleh di share untuk nambah pengalaman dan pengetahuan kita para mamak, agar kita tetap waras bersama.Â
Mak, kemarin siap lahiran pada didampingi berapa lama sama keluarga? Sebulan? Dua bulan? Atau bahkan sampai sekarang masih didampingi orangtua atau mertua
 Oke, ini nanti kita bahas di lain cerita. Sekarang aku mau cerita soal pengalamanku lahiran dan cuma didampingi selama lebih kurang seminggu sama orangtua dan mertua. Nah, pertama tama aku mau bilang kalau aku dianugerahi persalinan yang lancar oleh Tuhan. Yap, aku pas mau lahiran gak pake ngeluarin tanda.
Tetiba mules, 4 jam kemudian ke klinik eh udah bukaan satu. Aku ga disuruh balik dari klinik Mak, karena udah jam 1 malem, aku disuruh nginep, nah dari jam 1 malem itu bukaan 1, aku lahiran jam 2 siang. Lebih kurang 13 jam dengan persalinan normal. Ya, kira kira begitu ringkasan cerita lahiranku. Kalo para mamak gimana? Pasti ada yang effort nya lebih luar biasa dari aku yah.
Mak, sesudah melahirkan, tekanan apa sih yang mamak semua paling rasakan? Kalo aku sih terus terang, karena periode sesudah lahiran hanya didampingi lebih kurang seminggu sama orangtuaku dan mertua, aku hampir sempat mengalami yang namanya baby blues, Mak. Dan setiap ingat itu sekarang, aku masih tetap berurai air mata memandang si kecil yang semakin hari semakin menggemaskan.
Mak, seminggu sehabis lahiran, aku bener bener ngelakuin apa apa sendiri, mak. Mulai dari beberes rumah, cuci kain, cuci piring, setrikaan, masak, dan semacamnya.
Bayangkan mak, luka jahitan aja belum kering, darah nifas belum habis, tapi aku harus jadi pejuang rumah tangga sendirian (saat itu ku pikir begitu). Sebenarnya suamiku bukan orang yang suka menuntut ini itu sama aku. Apalagi dengan kondisi aku habis lahiran, dia adalah suami yang sangat pengertian.
Dia gak minta aku masak, beberes, cuci kain, cuci piring, setrika baju, tapi semua itu ku lakukan demi menjadi "a perfect wifey and mommy" dan berakhir dengan mama air mata. Huhuhu.
Sehabis lahiran aku masih menikmati cuti dari pekerjaan lebih kurang 2,5 bulan. Artinya selama 2,5 bulan itu aku menjadi full time mommy dengan segala asesorisnya.
Tepatnya seminggu sesudah lahiran, aku, suami dan anak kami yang baru lahir benar benar menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak melibatkan orang lain. Orangtua dan mertuaku sudah kembali ke kampung halaman. Tinggallah kami bertiga. Saat inilah saat saat terberatku secara emosional mulai ku rasakan.