Mohon tunggu...
Ervina
Ervina Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Suka membaca cerita novel

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

TPA Piyungan Ditutup? Ini Dampaknya untuk Masyarakat

9 Mei 2024   07:29 Diperbarui: 9 Mei 2024   07:35 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan manusia, tidak pernah terlepas dari masalah sosial seperti masalah sampah. Menurut WHO (World Health Organization), sampah merupakan suatu barang atau benda yang berasal dari aktivitas manusia yang sudah tidak digunakan, tidak terpakai, dan dibuang oleh manusia. Sampah merupakan masalah yang sangat serius yang sering terjadi di kota-kota besar dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. 

Permasalahan sampah tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi sudah mendunia. Makin meningkatnya jumlah penduduk, maka makin meningkat pula sampah yang ada di lingkungan. Sampah merupakan masalah yang cukup besar karena dampak yang dihasilkan sangat merugikan bagi manusia baik itu untuk kesehatan maupun lingkungan. Kondisi tersebut terjadi di Kota Yogyarakarta tepatnya di tempat pembuangan akhir (TPA) Piyungan.           

TPA piyungan merupakan salah satu TPA terbesar yang berada di daerah Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Bantul yang dibangun sejak tahun 1992 dan mulai dioperasikan tahun 1995. Detail lokasi TPA Piyungan yaitu teletak di Dusun Jongkang, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, DIY. Tepatnya sekitar 12 km arah selatan dari pusat Kota Yogyakarta dan menempati lahan seluas sekitar 27,8 hektar di area perbukitan di Piyungan. 

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan merupakan tempat pembuangan akhir sampah-sampah yang berasal dari Kota Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul, dan Bantul dan setiap harinya, TPA ini menerima sekitar 400 ton sampah dari daerah-daerah tersebut. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, TPA Piyungan mengalami penutupan dikarenakan kondisi penampungan sampah ini tidak memungkinkan untuk menampung sampah dan mencemari lingkungan. TPA Piyungan mulai ditutup pada Bulan April Tahun 2024 yang bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional 2024.

Faktor utama dari penutupan TPA Piyungan yaitu didasari karena faktor kondisi sampah yang tidak terkendali. Langkah ini diambil karena kapasitas penampungan sampah di lahan TPA Piyungan sudah melebihi batas. Dari hasil pengamatan di lingkungan sekitar tempat TPA Piyungan terdapat sampah-sampah yang dibuang ke pinggiran jalan yang sengaja dibuang oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, hal tersebut menyebabkan lingkungan menjadi kumuh, menimbulkan bau, dan berdampak pada kesehatan lingkungan sekitar. Dari hal tersebut dapat menimbulkan masalah baru yaitu masalah kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan tersebut dapat menularkan penyakit yang menular ke manusia melalui vektor-vektor penyakit seperti nyamuk, tikus, lalat, dan lain sebagainya.

Nyamuk dapat menularkan penyakit melalui gigitannya, yang menyebabkan penyakit demam berdarah, nyamuk yang menyebabkan demam berdarah dinamakan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk tersebut berkembang biak di dalam genangan air atau lubang air. Angka kematian/ Cese Fatality Rate yang disebabkan oleh penyakit ini  sebesar 41,3% dan sejak saat itu, penyakit DBD ini menyebar keseluruh Indonesia. Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan manusia. Tingginya populasi tikus dapat berdampak pada kerugian di berbagai bidang kehidupan manusia. Tikus juga memberikan dampak yang besar di bidang kesehatan. Di bidang kesehatan, tikus dapat menjadi reservoir beberapa patogen penyebab penyakit pada manusia. Urin dan liur tikus dapat menyebabkan penyakit leptospirosis. 

Penyakit dari leptospirosis ini disebabkan adanya infeksi bakteri patogen yang berbentuk spiral berasal dari genus Leptospira serta dapat menular dari hewan ke manusia (Samekto, 2019). Infeksi dari bakteri Leptospira disebabkan karena terjadinya kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi oleh urin maupun cairan tubuh lainnya dari hewan yang telah terinfeksi bakteri Leptospira. Bakteri Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit yang luka atau membran mukosa (hidung, mulut, dan mata) (Samekto, 2019).  

Lalat merupakan hewan yang dianggap mengganggu karena kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang lembab dan kotor, seperti sampah. Jika makanan yang dihinggapi lalat tercemar oleh mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telur/larva cacing atau bahkan virus yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat dan bila dimakan oleh manusia, maka dapat menyebabkan penyakit diare (Andriani, 2007). 

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) dan berlangsung kurang dari 14 hari yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. Penyakit diare merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan mencret, penyakit diare apabila tidak segera diberi pertolongan pada anak dapat mengakibatkan dehidrasi (Depkes RI, 2004).

Penutupan TPA Piyungan yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan memicu penyebaran penyakit menular di masyarakat sekitar. Penumpukan sampah yang tidak tertangani dapat menjadi sarang bagi vektor penyakit seperti tikus, lalat, nyamuk, dan hewan vektor  lainnya yang dapat menyebarkan penyakit seperti demam berdarah, diare, dan penyakit lainnya. jika populasi nyamuk, lalat, tikus dan hewan vektor lainnya yang merugikan meningkat maka jumlah kesakitan dan angka kematian akan meningkat juga, begitu pula sebaliknya.

Untuk mencegah penyebaran penyakit akibat hewan-hewan tersebut adalah seperti pemberantasan sarang nyamuk, pengasapan (fogging), menjamin ketersediaan air bersih yang layak konsumsi bagi masyarakat sekitar, dan edukasi masyarakat tentang penyakit demam berdarah serta edukasi masyarakat tentang sanitasi dan higiene. Dengan pengelolaan penutupan TPA yang baik, pengendalian populasi hewan pengerat, dan upaya pencegahan lainnya, risiko penyebaran penyakit menular akibat penutupan TPA Piyungan dapat diminimalisir dan dicegah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun