Mohon tunggu...
erni erviana
erni erviana Mohon Tunggu... -

Baik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak yang Durhaka

20 Maret 2015   17:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:21 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seharusnya antara ibu dan anak selalu hidup rukun. Dan seorang anak haruslah menghomati ibunya yang telah mengandung, melahirkan, dan merawatnya tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun dari anaknya. Yang ia harapkan dari anaknya kelak menjadi anak yang selalu mematuhi semua perintah Allah SWT. Anak yang pintar, anak yang selalu berbakti kepada kedua orang tuanya, anak yang berguna bagi masyarakat disekitarnya.

Disuatu desa ada ibu dan anak perempuannya hidup satu rumah yang besar dan tidak terlalu megah. Dia dibesarkan, dididik dan diberangkatkan haji oleh ibunya. Sebagai seorang ibu apapun yang anaknya butuhkan selagi dia mampu selalu dikabulkan. Tapi pada kenyataannya sang anak tidak berterimakasih sedikitpun kepada ibunya. Padahal dia juga seorang perempuan yang kelak pasti mempunyai anak.

Anak dan ibu ini selalu berselisih paham, walaupun masalahnya kecil selalu dibesar-besarkan oleh anaknya. Sang ibu hanya bisa mengelus dada, ternyata anak yang selama ini dia besarkan dan dia didik menjadi anak yang durhaka. Tinggal dalam satu rumah tidak ada kehangatan di dalamnya, bahkan tutur sapapun tidak terlontarkan dari mulut sang anak untuk ibunya.

Setiap kali anaknya memasak hasil masakkannya langsung dibawa kekamarnya karena takut dimakan sang ibu. Tiap punya apapun itu baik dari makanan perabot rumah sampai kebumbu masakan masing-masing karena apapun milik anaknya tidak boleh terpakai ibunya padahal mereka hidup berdua dalam satu rumah.

Disuatu malam sang ibu melihat hasil panen padinya yang lagi di kilo dan dibagi dengan orang yang mengurus sawahnya, tidak terasa sang ibu tidur jam 12 malam. Pagi harinya sang ibu tidak juga keluar dari kamarnya. Anaknya kira karena ibu tidurnya larut malam kecapean dan bangunnya kesiangan. Tapi sampai jam 9 pagi sang ibu tidak juga keluar dari kamarnya. Didobraklah pintu kamar itu oleh salah seorang tetangga. Dan sang ibu ditemukan sudah tidak bernyawa lagi di kamarnya.

Disitu annaknya histeris nangis bahkan sampai pingsan entak karena sedih ditinggalkan sang ibu atau senang. Disaat sang ibu telah berpulang ke Rahmatullah. Sang anak melarang saudaranya memakai barang dan bumbu-bumbu masak miliknya untuk selamatan ibunya. Sampai akhir hayat ibunyapun sanganak tidak mau memberikan apapun kepada ibunya yang telah merawat dan membesarkannya tanpa leleah dan tanpa mengharap apapun imbalan dari anaknya. Sungguh durhaka anak semacam itu. Kebaikan dan kesabaran seorang ibu dibalas dengan tombak yang begitu tajam oleh anaknya sehingga menusuk hati seorang ibu kandungnya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun