Mohon tunggu...
Erverenz Darmawan 1854059
Erverenz Darmawan 1854059 Mohon Tunggu... Mahasiswa - hi

hi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengapa Industri Perfilman Indonesia Dinilai Buruk?

18 November 2023   19:04 Diperbarui: 18 November 2023   19:45 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Industri perfilman Indonesia melahirkan sejumlah film-film terlaris dan terbaik sepanjang masa yang telah memenangkan banyak piala dan penghargaan. Di awal tahun 2023, KKN Desa Penari berhasil tembus 10 juta penonton. Sebelumnya, film Warkop DKI Reborn yang tayang pada tahun 2016 berhasil mendapatkan sekitar 6,9 juta penonton sejak hari pertama penayangan. Film Pengabdi Setan 2 menempati urutan ke 3 daftar film terlaris di Indonesia dengan jumlah 6,4 juta penonton. Film horor Indonesia memiliki gaya tersendiri dan sering mengandung unsur seperti kepercayaan gaib, tradisi budaya, dan cerita rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi. 

Film bergenre horor mulai digemari pada tahun 2017, saat film Danur yang merupakan adaptasi dari buku karya Risa Saraswati keluar dan meraih kesuksesan yang luar biasa. Banyak orang berpendapat bahwa Indonesia unggul dalam menciptakan film bergenre horor. Antusias yang para penggemar membuat para produser berlomba-lomba untuk menandingi film Danur, seperti Pengabdi Setan karya Joko Anwar yang juga sukses besar. Film-film ini telah mendunia dan mendapat pengakuan secara internasional. 

Secara definisi, film dan sinetron memiliki pengertian yang berbeda. Sinetron merupakan singkatan dari sinema elektronik dan dibuat khusus untuk ditayangkan di media elektronik seperti televisi. Durasi sinetron lebih panjang dibanding durasi film. Sinetron dipecah menjadi sejumlah episode dengan setiap episodenya berdurasi 60 sampai 90 menit, termasuk jeda iklan. Sinetron Indonesia biasanya tayang harian atau mingguan. Sementara film Indonesia diproduksi khusus untuk dirilis di bioskop dengan durasi sepanjang 90 sampai 150 menit. Durasi film juga dapat tergantung pada alur cerita dan sesuai genre yang ditetapkan oleh pembuat film.

Kesuksesan film horor di Indonesia

Film horor sering kali mengambil inspirasi dari cerita rakyat Indonesia, seperti "pocong" (hantu yang dibungkus kain kafan) dan "kuntilanak" (hantu pendendam). Kesuksesan film horor Indonesia bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, pembuat film horor memanfaatkan referensi budaya dengan memunculkan hantu-hantu tersebut yang sudah dikenal dan dicintai oleh penonton indonesia, sehingga meningkatkan rasa takut dan ketegangan. Penggunaan teknik riasan yang sangat realistis juga sangat berpengaruh pada penampilan visual para hantu sehingga menciptakan karakter yang keren dan terasa nyata. 

Selain itu, film-film ini seringkali menyatukan alur cerita yang menegangkan, tidak terduga, dan sinematografi yang ahli sehingga terciptanya sebuah karya yang luar biasa dan pengalaman menonton yang tidak terlupakan serta menegangkan. Film horor Indonesia sampai saat ini terus berkembang dan berkontribusi terhadap pertumbuhan dan keberagaman industri film Indonesia secara keseluruhan. 

Keburukan Sinetron Indonesia

Sinetron Indonesia seringkali disebut "tidak mendidik" dan dianggap tertinggal karena beberapa aspek yang ada di dalamnya. Pertama, sinetron telah dikritik karena terlalu mengandalkan alur cerita yang mudah diprediksi. Banyak sinetron mengikuti plot yang serupa, menampilkan melodrama, konflik yang terlalu berlebihan, dan cinta segitiga. Kurangnya keunikan dan penyampaian cerita yang berulang-ulang menimbulkan kesan membosankan dan tidak unik pada konten yang dihasilkan. Selain itu, para pembuat film terkadang menggunakan aktor dan aktris yang sama untuk memainkan peranan yang mirip dan genre yang sama seperti romance sehingga tidak ada sesuatu yang kreatif yang membedakan kedua film tersebut. 

Nilai produksi sinetron juga lebih rendah dibandingkan film ataupun serial televisi internasional. Hal ini dikarenakan adanya anggaran yang terbatas, jadwal yang ketat, dan tuntutan waktu penyelesaian yang mengakibatkan kualitas produksi yang buruk, akting di bawah standar, dan lokasi shooting yang kurang menarik. Tentunya ini mempengaruhi pengalaman menonton dan persepsi terhadap sinetron Indonesia secara keseluruhan. Banyak sinetron yang kurang beragam dan cenderung hanya fokus membuat drama romantis dan kekeluargaan yang plotnya repetitif. 

Para pembuat film lebih mementingkan kuantitas dibandingkan kualitas. Oleh karena itu, beberapa sinetron tidak masuk akal dan berkualitas buruk. Contohnya, tentunya penelitian menyeluruh sangat penting dan diperlukan saat ingin memproduksi film medis yang berkaitan dengan dunia kedokteran. Bagi beberapa orang hal ini bahkan menjadi bahan tawa karena saking konyolnya. Adegan-adegan tindakan medis pun tidak sesuai realitas. Durasi beberapa sinetron yang panjang juga menjadi bahan kritik. Dengan episode yang dapat berlangsung selama beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun, durasi yang terlalu panjang ini dapat menyebabkan alur cerita yang berulang dan berlarut-larut. 

Sinetron Indonesia dibatasi oleh peraturan pemerintah yang mengatur industri penyiaran dan membatasi konten yang terkandung dalam setiap sinetron. Oleh sebab itu, sinetron Indonesia kurang kreatif dan menjadi terlalu mainstream. Beberapa sinetron juga kurang inklusif perihal keagamaan, seperti hanya mempromosikan satu agama serta menggambarkan peran gender yang bias, dimana hanya istri selalu harus tunduk dan hormat kepada suami. Persepsi seperti ini dapat menyesatkan dan dilihat sebagai sebuah permasalah dan membatasi sinetron Indonesia dalam menawarkan cerita yang beragam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun