Corona Virus vs Corona SUTET
Oleh: Ervan H. Harun
(Dosen Teknik Elektro)
Saat menulis artikel ini, 5 jam sebelumnya saya membaca berita Eropa Alami Gelombang Baru Covid-19, Beberapa Negara Kembali Lockdown. Â "Gelombang baru Covid-19 menyapu seluruh Eropa dan membuat rekor baru di sejumlah negara", demikan disampaikan oleh Ahmad Naufal Dzulfaroh dan Editor: Sari Hardiyanto (Kompas.com. 13/11/2021, 16:50 WIB).
Corona berasal dari Bahasa Latin yang berarti Mahkota. Pemberian nama Corona pada Covid-19 dikarenakan bentuknya menyerupai mahkota dengan ujung-ujungnya berpaku ketika dilihat melalui mikroskop (Edward UP Nainggolan, 2020).
Penggunaan istilah/nama Corona (Korona, cara penulisan dalam Bahasa Indonesia) tidak hanya pada persoalan Virus saja, tetapi juga dalam dunia ketenagalistrikan. Fenomena Corona  adalah hal biasa pada Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (di atas 500 kV), yang juga menampakkan dirinya seperti mahkota (berupa lingkaran cahaya) disekitar konduktor, atau berupa lingkaran halo, yakni spektrum warna menyerupai pelangi berbentuk lingkaran.
Corona dalam teknik tegangan tinggi selain mengakibatkan rugi-rugi transmisi, juga dapat menimbulkan gangguan berupa inteferensi pada gelombang radio atau gelombang komunikasi. Seperti halnya virus corona, sudah begitu banyak kerugian yang ditimbulkannya, interaksi antar manusia mengalami gangguan, media untuk "berkomunikasi" dengan sang pencipta pun mengalami interferensi.
Salah satu upaya mengurangi efek Corona pada SUTET adalah memperbesar diameter konduktor. Dengan diameter yang lebih besar garis fluks listrik yang berasal dari penghantar tersebut akan lebih berjauhan satu dengan yang lain di permukaan penghantar untuk tegangan yang sama. Ini berarti bahwa dipermukaan penghantar terdapat gradien tegangan yang lebih rendah, sehingga kemungkinan terjadinya ionisasi udara di sekitar penghantar juga lebih kecil. Ionisasi menimbulkan efek buruk yang disebut Corona.Â
Diameter penghantar yang besar akan mengurangi gradien tegangan pada permukaan konduktor. Hal ini disebabkan garis gaya magnet disekitar konduktor akan memiliki kerapatan yang lebih renggang dibandingkan dengan konduktor  berdiameter yang lebih kecil. Artinya, semakin kecil diameter konduktor maka garis gaya magnet (jika digambarkan berupa garis singgung lingkaran, penampang melintang konduktor) akan semakin berdekatan satu sama lain.
Barangkali ini juga yg menjadi filosofi "Social Distancing" ataupun "Physical Distancing"
Yakni membuat jarak sosial maupun pembatasan jarak fisik seperti halnya garis gaya magnet yg diusahakan tidak terlalu berdekatan dgn cara memperbesar diameter konduktor.
Diperlukan penelitian yang lebih lanjut, dengan mempelajari cara-cara mengurangi efek Corona pada SUTET untuk kemudian diterapkan pada upaya mengurangi penyebaran Virus Corona. Atau mungkin, penerapan Social Distancing dan Physical Distancing masih menjadi cara yang ampuh dalam menekan penyebaran Virus Corona.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H