Mohon tunggu...
Irfaan Sanoesi
Irfaan Sanoesi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar seumur hidup

Senang corat-coret siapa tahu nama jadi awet

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bangkitnya Perempuan-perempuan Papua

24 Mei 2024   17:29 Diperbarui: 24 Mei 2024   17:47 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perempuan adalah gerbang peradaban suatu bangsa. Perempuan adalah gerbong kemajuan sebuah bangsa. Kedua adagium itu menunjukkan betapa perempuan memiliki peranan penting bagi suatu peradaban bangsa.

Dalam konteks perempuan Papua, ada kabar yang sangat menggembirakan. Di mana perempuan Papua perlahan tapi pasti menapaki jejak karir dan jabatan publik yang dalam tiga dekade selalu ditempati oleh kaum laki-laki.

Kini perempuan Papua mampu bersaing dan menempati di ruang publik di berbagai bidang, seperti; politik, akademisi, menteri, dan lain sebagainya.

Kenapa perempuan bisa maju? Menurut pengamatan akademisi Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua, Daniel Wamsiwor, perempuan Papua mengalami kemajuan sejak era otonomi khusus (otsus).

"Sebelum otsus, perempuan di Papua dianggap sebagai kaum lemah dan terpinggirkan dalam berbagai hal," ujar Daniel Womsiwor di Sentani, Senin, (20/5) di kutip dari sebuah media.

Wamsiwor menerangkan bahwa perempuan Papua berada dalam istilah daerah bahasa Biak disebut komnis. Atau keadaan dimana perempuan dipandang setara dan sama dilihat dari akses dan kesempatan yang sama.

"Perempuan sejatinya secara kodrat tercipta oleh Tuhan sebagai penolong laki-laki bukan pembantu. Dan konsep kesetaraan gender mulai menggema saat berjalannya otsus. Yang kemudian muncullah perempuan-perempuan tangguh yang ikut berperan dalam menjalankan otsus di tanah Papua," sambungnya.

Dengan demikian, otsus meski belum sepenuhnya dioptimalkan, namun telah banyak berkontribusi pada pengembangan dan pembangunan sumber daya manusia (SDM).

Perlu optimalisasi dan intervensi kelembagaan antar instansi agar pembangunan perempuan Papua berada pada titik lebih dari 90 persen. Kepala Bidang Pengarusutamaan Gender Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Papua, Adeltje Pekade mengakui selalu ada tantangan dan rintangan membangun perempuan Papua.

"Untuk pemberdayaan perempuan, kami terus memberikan dukungan, advokasi, komunikasi Informasi, dan edukasi melalui kelompok atau organisasi setempat," ucap Adeltje.

Kita berharap akan lahir terus tokoh-tokoh perempuan kaliber Yohana Yembise, dosen Uncen yang kemudian diangkat menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak periode 2014-2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun