DOB) mesti dihentikan. Harus dilihat sisi positif agar DOB disiapkan dengan matang. Hal ini selaras dengan dukungan Ketua Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah, Ismail Asso yang mengajak masyarakat mendukung DOB.
Ganjang-ganjing tidak produktif menyoal Daerah Otonomi Baru (Jaringan Mubalig Muda Indonesia (JAMMI) sangat mengapresiasi dukungan Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah untuk DOB. Pasalnya perlu peran dan kontribusi dari setiap elemen agar DOB menjadi tepat sasaran dan progresif, ketimbang menghabiskan debat kusir yang kontraproduktif. JAMMI memandang tujuan dari daerah otonomi baru yaitu dalam rangka menjaga, melindungi dan meningkatkan keamanan, kesejahteraan masyarakat Papua secara merata dan adil.
Akselerasi pembangunan di Papua dalam 8 tahun terakhir sangat menggembirakan. Infrastruktur jalan, sekolah, rumah sakit, sarana olahraga, penyeragaman harga BBM seperti di Pulau Jawa, keterhubungan akses jalan dan pembangunan lainnya menjadi bukti nyata pemerintah hadir untuk Papua. Begitupun soal DOB yang memandatkan penyetaraan ekonomi Papua dengan derah-daerah lain di Indonesia, mestinya disambut dengan gembira.
Untuk itu, keterlibatan tokoh masyarakat dan agama--seperti Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah-- memang harus diamplifikasi. Bukan tanpa alasan, DOB ini justru menjadi alat pemecah belah bagi sebagian masyarakat Papua. Padahal tujuan otonomi daerah baru tujuannya sudah sangat jelas.
Forum Komunikasi Muslim Pegunungan Tengah, Papua mengkonfirmasi bahwa negara sejak Papua masuk di NKRI, pemerintah sudah melakukan banyak pembangunan salah satunya DOB. DOB ini hadir dalam rangka menciptakan pembangunan yang lebih baik lagi di tanah Papua.
Kepada seluruh para tokoh dan aktivis yang ada di Papua untuk bersama-sama menjaga keamanan sehingga terciptanya keamanan dan kedamaian di Tanah Papua. Sebab itu, kita mengajak kepada masyarakat Papua agar memfilter setiap informasi yang sifatnya negatif untuk terlebih dahulu dicari kebenarannya.
Mengingat saat ini informasi keliru soal DOB yang tersebar melalui media sosial sangat berpengaruh dalam situasi kamtibmas di tanah Papua. Hal ini dapat dipahami karena media sosial menjadi area belantara kabar palsu dan disinformasi. Kalau saja termakan info-info palsu, bisa saja terjadi konflik bahkan kerusuhan horizontal.
Para tokoh agama merupakan agen atau juru damai di Papua. Mereka melalui gereja misalnya, dapat mengemas muatan positif persatuan dan kesatuan ke dalam isi ceramah yang disampaikan ke para khalayak. Kemasan inilah yang diharapkan mampu menggugah rasa memiliki dan nasionalisme kepada Indonesia.
Begitupun Islam meski sebagai agama minoritas di tanah Papua, dapat mewujudkan muatan dakwah dengan menguatkan persaudaraan dalam bingkai NKRI. Dengan begitu, dakwah bil hikmah ini mampu menginspirasi masyarakat Papua secara umum. Karena menjaga kesatuan dan persatuan adalah tugas bersama setiap anak bangsa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H