Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir Bulan Desember

29 Desember 2024   11:48 Diperbarui: 29 Desember 2024   11:48 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cahaya bulan memancar terang di akhir bulan Desember yang tenang. Pemilik kedai kopi hampir tertawa senang sebentar lagi langganan bakal datang untuk membayar hutang.

Sementara di tikungan jalan dekat kedai, ada showroom motor yang terlihat mulai ramai. Satu-satu orang keluar masuk ruangan.  Ada yang kelihatan senang juga ada yang muram. Yang senang langkah kakinya seperti menari menuju rumah, sedangkan  seorang lelaki yang air mukanya muram tentu saja berat di kaki karena motornya ditarik kembali oleh sebab batas tiga bulan cicilannya tidak terlunasi.

Sampai akhirnya ia mampir di kedai sepi itu dan pesan segelas kopi. Tapi sayang pemilik kedai justru menagih janji,  satu bulan lewat hutangnya sudah terlewati. Kopi yang diminta tak jadi diberi, catatan hutang kopinya seperti angka-angka mati.

Karuan saja, lelaki ini jadi kaku berdiri. Sudah motornya ditarik, sekadar segelas kopi untuk meringankan keruwetan hidup malah tagihan hutang yang datang dari pemilik kedai.

Ia pun tidak memaksa, dan keluar dari kedai itu sembari menyusuri jalan yang di belah oleh sungai berwarna hitam dan berbau sengak. Tidak ada tujuan. Namun sekian langkah kemudian ia punya tekad dan nyali untuk menarik perhatian alam di malam ini.

Tanpa petunjuk atau pedoman yang pasti, ia pun nekad menceburkan diri di kali sunyi sehingga hitam sekujur bodinya seperti warna kopi. Bukan untuk bunuh diri tapi mencari-cari perhatian orang yang ada di sekitar kali. Tapi sayang tiada yang peduli.

Namun begitu cahaya bulan Desember tetap saja menerangi dan memantulkan bayangan hitam tubuh lelaki di kali itu seperti lukisan diri.

Lukisan diriku, juga dirimu di akhir bulan Desember ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun