Kemarin sebatang sigaret disisakan satu lelaki itu
Disimpan di kantong celana terkoyak
Untuk dibakar esok guna menepis pikiran yang buntu
Tentang  kenyataan hidupnya yang kian terpinggirkan dan  terdesak
Di tempat lain jerit tangis bayi pecah di penghujung hari
Menyusul sang ibu yang berharap sunyi
Mengais lelah mata agar mau terpejam
Seraya doa doa dipanjatkan untuk sebotol susu agar bayinya diam
Sementara itu hari ini mentari datang benderang
Mengetuk keresahan setiap orang
Sinarnya adil membagi
Membuat bayangan bagi siapapun tiada
 henti
Namun di sudut emperan pertokoan
Tampak sebatang sigaret sisa kemarin lelaki itu mulai dinyalakan
Berharap embusan dari asap tembakau itu melonggarkan resahnya
Namun justru yang datang menyapa sekelebat bayangan hutang
Jantung hatinya kembali terusik lalu tiba-tiba menjadi  garang
Tenggelam kemudian ia di lautan kejahatan yang diciptakan
Seorang ibu kini  taklagi mendambakan sepi
Sang buah hatinya telah pergi
Diiringi pilu yang menusuk kalbu
Sebab disekitarnya tiada yang membantu
Ia pun kecewa dan marah lalu menertawai
Kemarin dan hari ini tampak orang-orang terperangkap oleh sulitnya mengubah keadaan
Entah hari esok
Mungkin saja semakin banyak orang yang terseok-seok
Sebab mentari hanya sebatas datang untuk menyinari bukan memberi
....