Prosentase pemilih pemula pada Pemilu 2024 serentak mendatang tidak kurang dari 52 persen berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum. Jumlah tersebut terbilang sangat besar, dan dapat mempengaruhi hasil suara pencoblosan bila diikuti secara total.
Dari pemilih pemula ini bukan hanya pemilih berdasarkan usia 17 tahun semata, tapi juga usia masa pensiun bagi TNI/Polri yang kembali menjadi warga sipil biasa yang punya hak memilih dan dipilih dalam proses politik pemilihan umum ini.
Karena itu bicara pemiih pemula bisa dikelompokkan pada dua hal tersebut, yakni pemilih pemula usia muda 17 tahun (generasi Z), dan pemilih pemula usia 56 tahun (generasi tua berjiwa muda). Pertanyaannya akan diarahkan kemana sasaran untuk hak memilihnya ini?Apakah pada figur atau partai?
Kecendrungan pemilih pemula generasi z
Untuk pemilu 2024 secara serentak dan langsung ini akan diikuti oleh calon legislatif (DPR, DPD dan DPRD), serta untuk posisi eksekutif (Presiden dan wakil presiden). Â
Calon legislatif dan eksekutif ini di dalam surat suara tertera nama partai dan gambar sang calon sebagai konsekuensi dari sistim pemilihan langsung yang terbuka.
Tentunya di dalam lembar surat suara yang akan dicoblos itu bakal ramai para calon yang hendak dicoblos oleh pemilih pemula generasi Z ini. Sebagai orang yang pernah 17 tahun (pelajar) dan menggunakan hak pilih di tahun 1987 dulu menjadikan pengalaman yang membekas.Ketika itu cuma ada tiga tanda gambar partai. Pesan orang tua pilih warna kuning alias Golkar eh malah meleset justru gambar Kabah (PPP), alasannya senang-senang saja.
Artinya seusia itu bisa dikatakan untuk generasi Z pemilu 2024 dalam menggunakan hak pilihnya akan dipengaruhi oleh faktor keluarga, dan lingkungan (sekolah, medsos dan pergaulan antarteman). Pemilih pemula generasi Z ini akan mendapatkan informasi tentang pemilu lewat beragam media maupun alat peraga.
Bagi masyarakat perkotaan (urban) tentu akan berbeda dengan masyarakat pedesaan. Di kota, generasi z akan cendrung memilih calon yang ada di lembar surat suara berdasarkan informasi dan arahan orang tua.
Bisa dikatakan kecendrungannya bukan gambar calon (kecuali artis) tapi partai. Pilih gambar partai maka dengan sendirinya sang calon dicoblos juga. Sementara di pedesaan, barangkali untuk nasonal dan pilpres lebih dipengaruhi oleh daya juang mesin politik partai, dan calon legislatif tingkat DPRD yang masuk ke kantong massa partainya (basis massa partai).
Namun demikian ada juga generasi Z yang apatis dengan kondisi politik maupun realitas menggunakan hak pilihnya. Bagi mereka keikutsertaannya untuk mencoblos sebagai manifestasi keingintahuan semata tentang calon-calon legislatif maupun presiden, wakil presiden.