Seorang ibu mulanya hanya memandang saja. Coretan buah tangan nan mungil di dinding kamar. Tapi tak lama kemudian, disapunya coretan itu dengan lemah oleh ujung telunjuknya. Lalu ia gerakan seperti menulis meneruskan sisa kata yang belum selesai.
Tapi tidak menyerupai gerak untuk menuliskan huruf atau membentuk gambar. Ujung telunjuknya tampak gemetar. Sesaat ia tertunduk, lalu terisak, disusul air matanya tumpah, basahi wajahnya tanpa meratap.
Ia tatap kembali coretan itu. "Aku sayang ayah, dan .. ."
Segera ia ambil spidol biru. Ia gores perlahan dan membentuk huruf agar serupa bentuk tulisannya. Sekuatnya ia lakukan.
"mama."
Seraya terisak ia berucap lirih,"mama sudah lengkapi tulisanmu, Nak."
Seiring dengan usainya tulisan itu mendadak angin datang dan masuk melalui jendela kamar seperti mengabarkan.
"Terima kasih Ma. Nda sudah bahagia di surga."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H