Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hujan Terakhir

26 November 2022   12:05 Diperbarui: 26 November 2022   12:08 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika aku menatap matamu lagi  bagai mata elang yang rakus untuk melahapku saat hujan deras mengguyur di senja itu. Aku berusaha menghindar dan berlindung di balik awan kecemasanku.

Apalagi bahasa tubuhmu tidak lagi aku kenal.  Sementara hati ini sudah seperti kepingan kaca yang terserak dan bila terinjak bakal melukai. Untuk apa kau datang kembali?

Aku tidak tahu kemana kau singgah selama ini. Di sudut museum itu aku biasa menanti usai kerja untuk dijemputmu. Tapi kau tidak pernah sama sekali mengabarkan atau sekadar meninggalkan pesan di alat komunikasi.

Hari berganti, bulan berputar, dan lima bulan ini kau tiba-tiba ada di hadapanku di sudut gedung itu di bawah payung melangkah ke arahku seolah tiada ada rasa bersalah.

"Maafkan aku sayang."

Begitu ucapmu.  Kau berkata lirih saat itu. Kau nyaris mendekat, dan aku memaksa jarak mundur satu langkah di depanmu.

Kau terus bicara dan aku diam. Kau malah memohon agar lupakan sementara ketidakhadiranmu selama itu. Lalu mengaburkan harapanku untuk meminta penjelasan yang meyakinkan tentang ketiadaanmu itu.

Kau terus menyumbat isi hati yang selama ini aku pendam dengan rayuan, dan bujukanmu supaya aku mengerti, atau aku jatuh kembali dalam pelukanmu. Tapi kali ini tidak. Aku butuh penjelasan.

Aku tidak mau lagi kau buai dengan segala pujian yang kau umbar. Apa yang kau katakan sudah tidak lagi sebagaimana yang kau utarakan pertama kali aku mengenalmu.

 "Aku perlu sendiri selama ini."

Katamu lagi begitu. Tapi aku tegaskan aku butuh kepastianmu agar kau tidak lagi berulah semacam itu. Aku memberikan kesempatan untukmu setelah aku menimbang-nimbang sungguh-sungguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun