Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Daster Batik

24 September 2022   08:39 Diperbarui: 24 Mei 2024   13:11 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia heran. Bukankah sering dilihatnya ketika ia datangi mesjid pada hari jumat, pakaian dalam bisa terjual?

Sedang bertanya-tanya itu, ia didatangi oleh seorang tua berjenggot, dan kopiah putih. Ia memberi salam, dan dijawab Suleman senang.

"Apa ada yang diminati buya?Ini barang import asli dari negeri saya?"

"Saya berminat ini, tadi istri, anak, dan cucu saya WA, titip pakaian dalam?"

Sulamen kemudian mengupas plastik dan memperlihatkan pakaian dalam itu pada calon pembeli ini. Tapi pas dilihatnya, orang tua ini hanya tersenyum, dan menggelengkan kepala.

"Atau warnanya kurang jreng, atau karetnya terlalu ketat?"

"Bukan, bukan itu. Ini ukurannya kelewatan. Besar sekali. Maaf ya,"kata orang tua ini seraya berlalu.

 Sadar barang yang dijualnya itu ukurannya terlalu besar, maka Suleman cepat merapikan kembali dagangannya. Seiring pengurus mesjid mengumumkan pula agar pedagang segera bubar.

Ia pun meninggalkan emperan mesjid dengan rasa kecewa.

 Dua hari Suleman kelimpungan. Sisa waktu tinggal delapan hari. Tapi beruntung ia punya teman di kampung sini. Kata kawannya ini, ia sedang butuh juga pakaian dalam produk lokal untuk diekspor ke Bombay.  

Suleman tidak perlu menjelaskan lagi barang ini asli negerinya. Karena ia sedang butuh uang, kuatir batal.  Maka, singkat kata barang tiga karung milik Suleman dibelinya tunai. Jual putus, tidak kredit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun