Prolog
Tidak ada keraguan bagi Indonesia untuk memegang Presidensi G 20 di tahun 2022 ini. Persoalan yang dihadapi, dan tantangan global yang ada di hadapan mata bukan lagi jadi isu yang mendasar untuk dikuatirkan.
Sebab Indonesia dalam sejarahnya, pernah mengukir tinta emas  yang telah mengundang dan menghadirkan negara-negara di kawasan Asia dan Afrika untuk merapatkan barisan secara bersama menentang segala bentuk imperialisme dan kolonialisme. Padahal ketika itu usia negara baru lima tahun berdiri. Juga serba susah dari segala aspeknya. Bayangkan!
Kini sudah 77 tahun Indonesia merdeka. Di usia yang mulai matang, tentu segala persoalan dan tantangan yang dihadapi pernah pula dicicipi. Mulai dari masa pasca kemerdekaan 1945 dengan peperangan, pemberontakan di daerah, pengkhianatan G 30 S PKI, merosotnya ekonomi, hingga gerakan reformasi yang menumbangkan rezim otoritarian.
Semua persoalan tersebut sudah tentu berdampak pada semua kehidupan masyarakat. Entah itu ketegangan politik, maupun lumpuhnya sendi kegiatan ekonomi dan keuangan masyarakat. Â Namun Indonesia tetap bertahan, bahkan diakui dunia sekarang ini sebagai negara yang maju. Â Terbukti diyakini oleh dunia untuk pegang Presidensi G20 2022 ini.
Recover Together, Recover Stronger
Sebagaimana uraian di muka, Amerika Serikat (AS) telah menyatakan tanpa sungkan dengan menyebut Indonesia sebagai negara maju. Sebutan demikian sekaligus menjadikan Indonesia sebagai bagian pula dari daftar negara yang ada di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Fakta ini menjadi salah satu indikator untuk menjadikan Indonesia tuan rumah Presidensi Group of 20 (G20). Â Sebagai tuan rumah forum kerjasama 20 ekonomi utama dunia, Indonesia bakal mengusung semangat pulih bersama, dengan tema " Recover Together, Recover Stronger."
Tema ini diusung bukan tanpa alasan atau sok-sokan, tetapi sebagai manifestasi spirit untuk bangkit akibat tekanan dan wabah Covid 19 yang melanda dunia. Paling tidak Indonesia akan mengambil peran secara inklusif untuk mencari jalan keluar pemulihan dunia.
Karena itu untuk mencapai target tersebut, Presidensi Indonesia fokus pada tiga sektor prioritas. Tiga sektor ini dinilai menjadi kunci bagi pemulihan yang kuat dan berkelanjutan, yaitu, pertama penguatan arsitektur kesehatan global, kedua, transformasi digital , serta ketiga, transisi energi .
Prioritas target yang secara umum dicatat  tersebut bukan sembarang target yang ditujukan khusus untuk negara yang tergabung dalam G 20 ini semata.  Tapi hebatnya Indonesia ini juga menggaungkan suara "Leave No One Behind". Suara nyaring yang ditujukan pula sebagai visi Indonesia untuk Presidensi G20 yang punya manfaat bagi semua pihak, termasuk negara berkembang, negara pulau-pulau kecil, serta kelompok rentan.