Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat Eksekusi Penguasa Negeri

20 Juli 2020   22:28 Diperbarui: 21 Juli 2020   16:00 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senyum kemenangan dari kepala penjara tidak bisa disembunyikan lagi. Satu dari tiga orang terpidana mati sudah tidak mendapatkan pengampunan dari penguasa. 

Satu surat ada di tangannya.Surat itu ia baca dengan seksama. Ia simpulkan jika dari tiga terpidana mati, yang satu sudah mendapatkan surat dari penguasa, maka yang dua lainnya pun akan menyusul. Tidak dalam waktu lama.  Mereka tinggal tunggu saatnya saja.

"Bedebah biadab itu mampus juga!"

Wajar sang kepala penjara ini senang, bercampur marah.  Senang karena kematian mereka tidak akan menghalangi lagi jatah uang yang akan diterima dari sindikat narkotika di sini. 

Dan marah, oleh karena ketiga terpidana mati dan sadis ini, sangat disegani oleh sipir penjara, dan sesama tahanan. Berulang kali skenario untuk membuat ketiganya mati karena kecelakaan, selalu lolos.  

Bahkan justru tahanan dan petugas penjara yang  tewas. Sebab ketiganya dikenal sudah kehilangan rasa kemanusiaan bagi sesama. Yang mereka punya sifat dasar hewani.

Dan selanjutnya, dari tiga orang yang dihukum mati pada hari H sudah dipastikan tempat dan waktunya oleh penguasa. Petugas penjara hanya memberitahukan saja melalui surat. 

Tidak secara langsung mengatakan pada terpidana ini. Karena dikuatirkan akan menimbulkan efek psikologis. Terpidana ini pun akhirnya mengetahui dengan pasti akhir hidupnya di dunia setelah membaca surat tersebut. Ia tidak sebagaimana yang dikuatirkan oleh petugas penjara. Justru sebaliknya tampak tenang, dan cendrung menunjukkan sikap yang ramah sekali.

Saking ramahnya ia sampaikan isi surat itu pada dua orang terpidana lain yang masih menunggu kabar kematiannya. Di sela waktu makan siang bersama secara khusus bagi mereka, Steve katakan, ia dua hari lagi dari sekarang akan menghadapi regu tembak. Keduanya James dan Brian tidak bereaksi mendengar itu. 

Steve kembali mengulang, ia akan meminta agar peluru yang ditembakan padanya mengarah pada keningnya. Agar isi kepala pecah berhamburan, dan tidak ada lagi sel-sel otak yang utuh. James dan Brian masih tetap diam sembari menikmati roti makan siangnya.

Kata Steve lagi,aku akan menunggu kalian di suatu tempat yang sangat menyenangkan. Aku pernah melihatnya dalam mimpi. Dan, aku meyakini itu adalah tempat di mana kita semua akan berkumpul seperti sekarang ini. Tempat itu sangat luas, rerumputan hijau tumbuh di mana-mana, barisan pepohonan juga memagari lokasi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun