Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bukan Perempuan Biasa

4 Maret 2020   02:30 Diperbarui: 4 Maret 2020   10:09 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kok ke pasar sampai dua jam lebih?

"Iya mas. Tadi kan hujan deras. Jadi tunggu reda, Tapi untungnya ditemani teman sekolah. Jadi sambil itu, kita ngobrol."

"Teman sekolah?

"Iya. Dia kemarin datang dari kota. Sudah enam tahun tidak berjumpa."

"Perempuan?

"Iyalah mas, masa lelaki. Namanya Dewi. Ia ke pasar juga, tapi sedikit belanjanya. Kami ngobrol banyak di warung bubur nasi pak Diman, sekalian neduh. Katanya nanti malam mau mampir ke rumah."

"O gitu. Rumahnya jauh?

"Aduh, aku lupa, tanya rumahnya. Tapi rumah orang tuanya sekitar tujuh kilo dari sini. Aku masak dulu ya mas,"kata istrinya Ratih menghentikan percakapan itu.

Raka memandang hal itu seperti biasa. Raut wajah istrinya pun ketika menceritakan pertemuan dengan temannya, biasa saja. Tak ada yang patut dikuatirkan. Kampung ini sudah lebih 10 tahun ia tempati, bersama Ratih, sejak ia nikahi janda tanpa anak ini. Kepolosan istrinya  ini ikut membantu tiap aktivitas terornya di luar kota.Dan, sejauh ini ia aman.

***

Malam itu benar saja, Dewi menyambangi kediaman Ratih.  Tak enak rasanya jika ia batalkan, sebab obrolan  dengan Ratih yang tanpa sengaja bertemu sudah cukup baginya untuk memastikan naluri intelijennya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun