Lima menit kemudian ditemukan bungker kecil seukuran badan orang dewasa, setinggi satu meter yang di atasnya ditutup dengan papan jati, juga karung berisi pasir, yang ada di dalamnya. Bungker, juga lubang itu tembus mengarah ke selokan, sejauh 10 meter. Dekat dengan tempat pemandian umum, di belakang kos-kosan itu, di bawah sungai.
Polisi lalu sigap berlarian ke arah sungai. Namun Bedas lolos. Tak ada keterangan yang berarti yang diperoleh dari warga. Polisi lalu memastikan ia gunakan bom waktu, dan lolos dari pengepungan lewat gorong-gorong yang diduga kuat sudah ia buat selama menetap di kosan tersebut. Media massa mengabarkan peristiwa itu. Dan, Bedas sejak peristiwa ini jadi target operasi aparat negara.
***
Raka membuka koran yang sedari tadi belum dibacanya. Â Halaman utama dengan judul besar ia baca, BURUAN POLISI BERBAHAYA LOLOS DARI PENGEPUNGAN. Ia tersenyum pahit. Koran sama sekali tidak memberikan judul yang dramatis. Juga isi berita seolah meremehkannya.Â
Tak ada anak kalimat yang memberitakan tentang ledakan. Juga tak ada jalan cerita bagaimana ia bisa meloloskan diri. 10 paragraph setelah ia hitung dari isi berita di  headline koran itu hanya seputar ia sebagai buruan polisi, dan masyarakat diminta untuk hati-hati. Tidak lebih. Padahal koran ini punya tiras ratusan ribu, dan laris dibaca di tanah air.
"Koran sialan!"ia banting koran itu di atas meja.
Televisi juga tidak menayangkan peristiwa itu. Running text hanya satu kali menayangkan dari beberapa televisi yang ia lihat. Isinya nyaris sama, hanya dibolak balik. Satu televisi menayangkan, Buruan polisi lolos dari pengepungan. Tak ada korban jiwa. Masyarakat tenang kembali.
Televisi berikutnya setelah ia ganti saluran, running text, menayangkan, Meski tak ada korban jiwa, masyarakat dihimbau tenang. Buruan polisi masih dicari. Begitu isinya. Hanya satu televisi yang setidaknya membuatnya sedikit terhibur, running textnya, menyebut, Buruan polisi yang punya identitas ganda sedang dicari. Ia juga ahli dalam make over wajah.
Kendati terhibur ia kesal juga. Seolah aksinya kemarin sama sekali dipandang remeh, dan tidak menimbulkan gejolak di masyarakat. Â Justru make over wajah dan identitas ganda ini yang diberitakan. Seolah aksinya itu tidak punya nilai berita.
"Apa yang terjadi dengan media massa?Tanyanya dalam hati.
Sedang runyam berpikir itu, Ratih istrinya tiba. Ia buru-buru matikan televisi, dan menyambutnya.