Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bukan Perempuan Biasa

4 Maret 2020   02:30 Diperbarui: 4 Maret 2020   10:09 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Lima menit kemudian ditemukan bungker kecil seukuran badan orang dewasa, setinggi satu meter yang di atasnya ditutup dengan papan jati, juga karung berisi pasir, yang ada di dalamnya. Bungker, juga lubang itu tembus mengarah ke selokan, sejauh 10 meter. Dekat dengan tempat pemandian umum, di belakang kos-kosan itu, di bawah sungai.

Polisi lalu sigap berlarian ke arah sungai. Namun Bedas lolos. Tak ada keterangan yang berarti yang diperoleh dari warga. Polisi lalu memastikan ia gunakan bom waktu, dan lolos dari pengepungan lewat gorong-gorong yang diduga kuat sudah ia buat selama menetap di kosan tersebut. Media massa mengabarkan peristiwa itu. Dan, Bedas sejak peristiwa ini jadi target operasi aparat negara.

***

Raka membuka koran yang sedari tadi belum dibacanya.  Halaman utama dengan judul besar ia baca, BURUAN POLISI BERBAHAYA LOLOS DARI PENGEPUNGAN. Ia tersenyum pahit. Koran sama sekali tidak memberikan judul yang dramatis. Juga isi berita seolah meremehkannya. 

Tak ada anak kalimat yang memberitakan tentang ledakan. Juga tak ada jalan cerita bagaimana ia bisa meloloskan diri. 10 paragraph setelah ia hitung dari isi berita di  headline koran itu hanya seputar ia sebagai buruan polisi, dan masyarakat diminta untuk hati-hati. Tidak lebih. Padahal koran ini punya tiras ratusan ribu, dan laris dibaca di tanah air.

"Koran sialan!"ia banting koran itu di atas meja.

Televisi juga tidak menayangkan peristiwa itu. Running text hanya satu kali menayangkan dari beberapa televisi yang ia lihat. Isinya nyaris sama, hanya dibolak balik. Satu televisi menayangkan, Buruan polisi lolos dari pengepungan. Tak ada korban jiwa. Masyarakat tenang kembali.

Televisi berikutnya setelah ia ganti saluran, running text, menayangkan, Meski tak ada korban jiwa, masyarakat dihimbau tenang. Buruan polisi masih dicari. Begitu isinya. Hanya satu televisi yang setidaknya membuatnya sedikit terhibur, running textnya, menyebut, Buruan polisi yang punya identitas ganda sedang dicari. Ia juga ahli dalam make over wajah.

Kendati terhibur ia kesal juga. Seolah aksinya kemarin sama sekali dipandang remeh, dan tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.  Justru make over wajah dan identitas ganda ini yang diberitakan. Seolah aksinya itu tidak punya nilai berita.

"Apa yang terjadi dengan media massa?Tanyanya dalam hati.

Sedang runyam berpikir itu, Ratih istrinya tiba. Ia buru-buru matikan televisi, dan menyambutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun