Mohon tunggu...
Ersi Purwandari
Ersi Purwandari Mohon Tunggu... Guru - Seorang Ibu dan Guru

Seorang Guru yang peduli terhadap pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kembali pada Filosofi dan Aksiologi Pendidikan Indonesia

3 Januari 2020   02:30 Diperbarui: 3 Januari 2020   02:53 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendengar kata filosofi rasanya berat untuk dipikirkan apalagi untuk bapak/ibu guru di Indonesia yang setiap harinya sudah cukup penat dengan tugas mengajar, membuat administrasi pembelajaran, melaksanakan penilaian yang berbagai macam, belum lagi bertanggung jawab dalam berbagai kepanitiaan acara disekolah (bagi sekolah swasta yang banyak sekali acara) wah... mana tahan!.

Filosofi, falsafah atau filsafat sebenarnya tiga istilah yang mengacu pada satu hal yang sama, yah serupa tapi berbeda namun terkait, sejujurnya saya juga bingung untuk membedakannya.

Arti kata filosofi adalah disiplin ilmu yang berfokus pada pencarian dasar-dasar serta penjelasan yang nyata (Chinn dan Krammer 1991). Sedangkan filosopi Pendidikan adalah hasil perenungan serta aliran pemikiran yang mendalam mengenai dunia Pendidikan (Pidarta 2001).

Filosofi Pendidikan  merupakan salah satu dasar yang harus dipegang dalam pelaksanaan Pendidikan. Berkenaan dengan hal itu Indonesia memiliki filosofi mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang didalamnya juga menyangkut hal "Pendidikan", yaitu dalam UUD 1945.

Tujuan utama pendidikan Indonesia secara eksplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945 yaitu "mencerdaskan kehidupan bangsa". Dalam artian bahwa kata "mencerdaskan" adalah mengupayakan semakin berkembangnya  kreativitas dalam menggunakan akal budi, untuk semakin memperbaiki peri kehidupan. Lalu apakah kita sebagai guru sekarang ini sudah mengupayakan mencerdaskan anak didik kita? Atau sekedar membuat mereka pintar?

Cerdas berbeda dengan pintar, seringkali orang menyamakan cerdas dengan pintar, padahal itu "sesuatu" yang berbeda. Orang pintar adalah orang yang pandai, mengetahui banyak hal, namun seringkali kurang mampu menerapkan pengetahuannya dalam menghadapi persoalan.

Sedangkan orang cerdas adalah orang yang cerdik, cermat dan memiliki kreativitas dalam menghadapi persoalan berdasarkan pengetahuannya. Orang yang cerdas pastilah dia pintar, namun orang yang pintar belum tentu dia cerdas.

Selama ini sebagai guru, saya terpaksa hanya berusaha membuat anak pintar, bukan cerdas. Ya, saya seringkali kurang mempunyai kesempatan mengasah kemampuan siswa saya untuk menjadi anak cerdas. Kebanyakan waktu habis untuk mengerjakan administrasi pembelajaran, penilaian yang bermacam-macam dan mempersiapkan mereka untuk Ujian Nasional.

Walaupun Ujian Nasional bukan penentu kelulusan tapi tetap saja "gengsi sekolah" dan "gengsi guru" ada pada nilai UN, jadi ya harus dikejar semaksimal mungkin.

Tapi masa itu sudah usai, mari kita kembali ke filosofi Pendidikan untuk "mencerdaskan" bukan hanya "memintarkan". Mari kita menjadikan anak didik kita  cerdik dan cermat terutama menghadapi tantangan abad 21 dan era 4.0.

Bila dikaitkan dengan landasan filsafat ilmu yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi, kecerdasaan erat kaitannya dengan landasan yang ketiga yaitu aksiologi. Aksiologi adalah  landasan filsafat yang berkaitan dengan  nilai dan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

Landasan ontologi tentang apa yang ingin diketahui dan berkaitan dengan teori-teori yang ada serta landasan epistemologi yaitu tentang bagaimana proses memperoleh pengetahuan berkaitan dengan berbagai metode dan rumus-rumus juga penting, namun bukan yang terpenting.

 Tantangan abad 21 lebih menitikberatkan pada apa yang bisa kita lakukan dengan ilmu yang kita peroleh, bukan lagi pada definisi-definisi ilmu pengetahuan tersebut, teori-teori yang ada, metode dan rumus-rumus.

Pengalaman belajar yang didapat,  diharapkan mampu mengolah daya nalar anak untuk memecahkan berbagai masalah dalam kehidupannya kelak. Iilmu yang didapat seyogyanya juga bermanfaat dan  dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pengalaman belajar yang dapat mengolah kecerdasan bisa dikembangkan dengan mengasah kreativitas siswa melalui  berbagai proyek yang dlakukan atau produk yang mereka hasilkan. Biasakan mereka untuk berpikir kritis dengan menghadapkan mereka pada suatu masalah dan biarkan mereka memecahkan masalah tersebut.

Biasakan mereka untuk bekerja sama dengan teman-teman mereka dan latih kemampuan mereka dalam berkomunikasi lewat presentasi, menyampaikan pendapat secara jujur dan berani, bertanya atau menyanggah pendapat dengan santun.

Mas Menteri Nadim Makarim menambahkan satu hal lagi yang kecerdasan yang harus dimiliki yaitu "Compassion"  mengasah rasa empati peserta didik sehingga mereka memiliki kecerdasan spiritual dan sosial.

Mari hargai dan nilai setiap kecerdasan mereka, bukan melulu dari jumlah soal yang mereka jawab benar .

Menurut menurut Howard Gardner terdapat  8 (delapan) jenis kecerdasan yaitu (1) kecerdasan linguistik (bahasa), (2) kecerdasan logis-matematik, (3) kecerdasan musikal, (4) kecerdasan visual-spasial (gambar-ruang), (5) kecerdasan kinestetik (gerak tubuh), (6) kecerdasan intrapersonal (memahami dan mengelola diri sendiri), (7) kecerdasan interpersonal (memahami dan membina hubungan baik dengan orang lain), dan (8) kecerdasan naturalis (alam, hewan, tumbuhan).

Teman-teman guru, kini kita diberi kebebasan untuk menilai, mari kita berlajar menilai proses bukan hasil. Mari kita menilai dan menghargai seluruh kecerdasan yang dimiliki peserta didik kita, Mari kita kembali pada Filosofi Pendidikan Indonesia "Mencerdaskan Kehidupan bangsa".

Mahasiswa S2 Pendidikan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun