Mohon tunggu...
Ershanda Nadhira Syifarini
Ershanda Nadhira Syifarini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa FIK UI 2020

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Gender dan Perawat: Perawat Merupakan Profesi Perempuan?

18 Desember 2021   12:00 Diperbarui: 18 Desember 2021   12:04 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Perawat merupakan sebuah profesi. Perawat bukan hanya pekerjaan yang melakukan tugas-tugas tertentu. Profesi perawat adalah profesi yang berfokus kepada caring terhadap klien yang dirawatnya. Namun, mengapa perawat masih memiliki stigma bahwa profesi tersebut merupakan profesi untuk perempuan? Ketika ditelaah lebih lanjut, hal ini dikarenakan persepsi masyarakat luas. Masyarakat masih menggangap bahwa pekerjaan perawat membutuhkan kepribadian yang dapat mengasuh dan peduli, di mana hal ini merupakan kepribadian yang lebih melekat dimiliki oleh seorang perempuan. Padahal sejatinya sebagai manusia kepribadian tersebut pasti dimiliki dalam dirinya.

Persepsi tersebut akhirnya mengakibatkan terjadinya bias gender, yaitu salah satu gender yang mengalami ketidakadilan. Ketidakadilan ini menganggap bahwa gender perempuan dalam perawat lebih baik mulai dari keterampilannya dan kedudukannya (Rahminawati, 2001). Pada dasarnya perbedaan gender tidak akan menyebabkan suatu masalah apabila tidak terjadi ketidakadilan gender (Wulandari, 2012). 

Akan tetapi, dalam kenyataan di kehidupan perbedaan gender selalu mengakibatkan ketidakadilan gender sehingga hal ini membuat persepsi kepada semua profesi yang dipandang memiliki gender tertentu. Oleh karena itu lah banyak stigma yang akhirnya memandang bahwa beberapa profesi memiliki gender tertentu untuk menjadi profesi tersebut, sebagai contoh profesi perawat yang dianggap merupakan profesi wanita.

Bila dilihat dari profesinya, perawat sebagai tenaga kesehatan seharusnya tidak memiliki perbedaan gender tetapi dalam praktiknya menjalankan tugas masih terlihat perbedaan di dalamnya. Masyarakat menganggap bahwa perawat perempuan lebih berketerampilan atau luwes dalam menjalankan tugas dibandingkan dengan perawat laki-laki. 

Bertentangan dengan persepsi tersebut, sebenarnya perawat laki-laki sudah ada dari zaman jauh sebelum masehi. Berdasarkan BMJ Journals mengenai gender equality dalam keperawatan disebutkan bahwa pada abad 250 SM telah terbentuk sekolah perawat pertama di dunia yang didirikan di India dan hanya laki-laki yang dianggap mampu menjadi seorang perawat. Lantas mengapa gender dalam keperawatan masih didominasi oleh perempuan? Jurnal tersebut juga menyebutkan bahwa kemunduran perawat pria merupakan dampak dari adanya faktor budaya, sejarah, ekonomi, dan politik. 

Pada tahun 1850-1950an peran perawat laki-laki berubah, perang yang terjadi pada tahun ini membuat laki-laki banyak menjadi prajurit atau tentara. Adanya perang tersebut juga membuat banyak pria berguguran sehingga peran perawat diambil alih oleh perempuan. Pada tahun 1859, setelah pengenalan reformasi Florence Nightingale dan diterbitkan sebuah catatan yang berisi "Every woman is a nurse", sehingga pada tahun-tahun berikutnya laki-laki dikeluarkan dari pendidikan perawat dan dilarang. Hal tersebut membuat banyak laki-laki terpaksa mencari pekerjaan dengan gaji yang lebih baik. Dengan begitu, seiring berjalannya waktu dengan adanya persepsi masyarakat, perubahan peran, serta perubahan kebijakan akhirnya membuat laki-laki semakin kurang berminat menjadi perawat.

Sampai saat ini berdasarkan data Office for National Statistics pada tahun 2019 menunjukkan bahwa profesi perawat masih didominasi oleh perempuan. Sebanyak 83% perawat di United Kingdom hanya 16,67% perawat yang berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sangat terlihat bahwa faktor yang terjadi pada beribu-ribu tahun lalu sangat berdampak pada kehidupan saat ini. Berdasarkan hasil penelitian pada Health Science Journal mengenai persepsi mahasiswa keperawatan baik laki-laki maupun perempuan kepada peran perawat laki-laki di Turki juga menunjukkan bahwa profesi perawat terus dilihat sebagai posisi yang didominasi oleh perempuan meskipun terjadi peningkatan jumlah laki-laki dalam keperawatan. Dengan demikian sampai saat ini perawat laki-laki masih sangat minim terlihat bekerja di lingkungan kesehatan seperti rumah sakit maupun pelayanan di masyarakat.

Meningkatkan jumlah minat laki-laki pada keperawatan tidaklah mudah karena persepsi masyarakat yang salah yang masih memandang bahwa perawat adalah profesi khusus perempuan, adanya stereotip seksis perawat laki-laki kurang maskulin, dan status dan gaji perawat yang sering kali diremehkan. Oleh karena itu, adanya solusi yang tepat dapat menumbuhkan citra profesi perawat agar tidak dipandang hanya sebagai profesi perempuan. 

Solusi yang bisa diberikan untuk menciptakan adanya kesetaraan gender dan minat laki-laki sebagai profesi perawat adalah dibutuhkan peran pemimpin perawat dengan menawarkan solusi strategis jangka panjang (Clayton-Hathway et al., 2020). Profesi keperawatan harus menyediakan kandidat atau pekerja terbaik tanpa adanya segregasi gender untuk asuhan keperawatan yang lebih baik (Ozdemir et al., 2008). Perlunya kebutuhan yang berkelanjutan untuk mempromosikan penerimaan yang sama dari perawat laki-laki dalam pengaturan klinis (Kaur, 2017). Citra feminin perawat di masyarakat merupakan penghalang signifikan yang mencegah pria memilih keperawatan sebagai profesi. Oleh karena itu, perlu segera ditindak lebih lanjut.

Adanya peran sekolah perawat, penyedia pendidikan, media, serta jurnal profesi juga penting untuk menekankan peran keperawatan dan menggambarkan citra positif profesi keperawatan serta laki-laki dalam keperawatan. Mengkampanyekan citra profesi perawat tanpa adanya perbedaan gender harus segera dilakukan. 

Penyedia pendidikan perlu mengajarkan mengenai gender equality, nilai-nilai profesi keperawatan, dan mengklarifikasi bahwa profesi perawat tidak memandang gender dan bukan merupakan identitas profesi perempuan (Maryunani et al., 2021). Dengan demikian, hal tersebut akan menjadi langkah awal perubahan dalam stigma masyarakat yang memandang perawat hanya profesi perempuan menjadi perawat hanyalah sebuah profesi yang tidak memiliki gender atau merupakan profesi yang bisa ditempuh baik oleh perempuan maupun laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun