Ersa menghempaskan pantat di tiang pintu Nenek Tari. Tampak Konsumennya itu sedang duduk menyetrika baju di ruang tamu, sambil bermain hape.
"Wah, Nenek tuh, keren! Menggosok baju, masih bisa main hape?" seru Ersa tersenyum manis pada konsumen loyalnya itu.
"Iya, dong! Memangnya, kamu?" sahutnya sambil nyengir memperlihatkan giginya yang masih utuh, "mana pesanan, saya?" tanyanya masih sambil menggosok baju.
"Ada, Nenekku, Sayang! Ini, mau warna apa, merah, putih, hitam atau merah muda?" tanya Ersa sambil mengeluarkan beberapa tas kecil orderan Nek Tari.
"Saya mau merah dan hitam, dua!" sahutnya sambil terus memaju-mundurkan setrikaannya.
"Ok, Nek, saya taruh di sini, ya?" kata Ersa sambil meletakkan dua tas ke rak yang ada di sampingnya.
Kring! Kring!
"Halo, eh, Jeng Tiur!" sapanya semringah, "Sa, jangan pergi dulu, sebentar, saya terima telpon temen dulu, ya?" katanya kepada Ersa.
Ersa mengacungkan ibu jarinya kepada Nenek Tari. Diapun membuka aplikasi hijaunya sambil menunggui Nek Tari bertelepon ria dengan kawannya.
Tiba-tiba, Nek Tari berusaha meraih hape -nya yang tergeletak tak jauh dari Ersa, yang masih asyik bersandar di tiang pintu ruang tamu itu. Ersa pun membantu dan menyerahkan barang pipih itu, ke telapak tangan Nek Tari yang menggapai-gapai.
"Eh, Jeng! Ada status dari Lani, itu nyindir siapa, ya? Saya kok merasa, tapi perasaan nggak nyenggol doi, deh?" katanya ke layar panggilan video di hape satunya.