Pejuang Rupiah Di Parimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta.
Setiap hari deretan armada taksi dengan berbagai bendera perusahaan, berjajar rapi di parimeter selatan bandara Soekarno-Hatta.
Sekilas mata, deretan kendaraan beroda empat yang terparkir rapi itu, didominasi warna biru dengan lambang burung berwarna hitam.
Mereka setia menunggu penumpang yang turun dari pesawat, dan dengan tertib melaju menjemputnya di pintu kedatangan atau lobi.
Pada umumnya masyarakat mrmang lebih mengenal armada biru ini. Membawa nama besar PT. BlueBird Group yang berdiri sejak 1972, mereka terkenal mempunyai supir-supir berpengalaman dan mengenal seluk beluk jalan-jalan di Jakarta.
Pengetahuan jalan memang kunci yang sangat penting bagi para pengemudi. Walau kini banyak pengemudi berbasis aplikasi, mengandalkan petunjuk jalan online, namun terkadang petunjuk online sering mengalami kesulitan di lapangan, alias tersasar.
Dari perbincangan dengan narasumber, seorang pengemudi yang menekuni pekerjaan ini sejak tahun 2011, masyarakat memang cenderung, lebih memilih armada biru ini, untuk memenuhi kebutuhan transportasi andalan mereka.
Itu sebabnya armada biru ini menguasai nyaris sebagian besar lapangan parkir di Parimeter Selatan (ParSel) Bandara Soekarno-Hatta.
Sebelum pandemi Covid-19, armada yang mengadu nasib di sana, ada sekitar 12 armada, namun kini sekitar lima armada plat kuning saja, yang masih eksis dan sekitar tiga armada dengan plat hitam, yang sering dijuluki dengan sebutan armada pelangi.
1. Gamya
2. BlueBird
3. Greenland
4. Diamond
5. Prima Jasa
Sedangkan plat hitam atau online
1. Inkopol
2. GoBan
3. Maksim
Ketiga armada plat hitam ini mempunyai sistem harga sesuai aplikasi atau sistem borongan atau harga yang sudah disepakati oleh driver dan penumpang. Jadi, penumpang mempunyai pilihan harga di plat hitam, atau taksi berbasis aplikasi online, yang mendapat julukan armada pelangi itu.