Mohon tunggu...
Ersa Awwalul
Ersa Awwalul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Historical Studies

you can do it

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Generalisasi dan Bentuknya dalam Kehidupan Manusia

3 Desember 2021   08:26 Diperbarui: 3 Desember 2021   08:28 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejarah merupakan ilmu yang menekankan pada keunikan yang harus mengacu kepada realitas hasil penelitian dan tidak boleh hanya asumsi belaka. Oleh karena itu, di dalam sejarah terdapat adanya generalisasi yang merupakan penyimpulan dari hal yang khusus ke umum. Generalisasi bisa membedakan satu kejadian dengan kejadian yang lain. Adapun tujuan dari generalisasi sejarah yaitu saintifikasi dan simplifikasi.

      Saintifikasi merupakan semua ilmu yang menarik kesimpulan umum. Yang menjadi tumpuan dalam generalisasi yaitu keajegan. Adanya keajegan mampu meramalkan sesuatu secara ilmiah, Namun ramalan itu tidak semuanya pasti, hanya beberapa kemungkinan di dalam ilmu sosial termasuk sejarah. Generalisasi dapat digunakan untuk mengecek teori yang lebih luas dan di dalam sejarah, generalisasi sama dengan teori ilmu lain. Teori di tingkat makro berbeda dengan teori di tingkat mikro. Sedangkan dengan ada nya simplifikasi sejarawan bisa melakukan analisis dan menuntun dalam mencari data-data, kritik sumber, interpretasi dan penulisan. 

Berikut merupakan macam-macam generalisasi 

  1. Generalisasi konseptual yang dimana di dalam generalisasi ini terdapat konsep yang menggambarkan fakta. Dapat diambil contoh yaitu pada zaman Dark age atau zaman kegelapan yang terjadi pada abad pertengahan didominasi oleh agama dan feodalisme. Kemudian ada Renaissance yang mengacu pada zaman kebangkitan kembali nilai-nilai kemanusiaan setelah zaman kegelapan. 

  2. Generalisasi personal merupakan cara berpikir yang menyamakan bahwa personal identik dengan hal yang bersifat general atau umum. Dapat diambil contoh yaitu seperti gerakan Swadesi di India yang dikemukakan oleh Mahatma Gandhi.

  3. Generalisasi tematik biasanya terdapat pada narasi sejarah yang ditulis mengacu kepada tema-tema tertentu dan ketika membuat judul buku juga mengacu pada tema yang sama. 

  4. Generalisasi spatial yang biasanya umum dibuat oleh masyarakat tentang tempat. Dapat diambil contoh yaitu negara-negara Arab, Turki, Iran yang biasanya disebut sebagai negara Asia barat, kemudian Timur jauh untuk menyebutkan negara seperti Korea, Cina dan Jepang.

  5. Generalisasi periodik. Jika kita membuat sebuah periodisasi maka kita pasti akan membuat kesimpulan umum mengenai sebuah periode tersebut. Penyebutan periode tentunya tergantung kepada sudut pandang orang atau jenis sejarah yang ditulis. Dapat kita ambil contoh yaitu pada tahun 1960 an sampai tahun 1998 bisa disebut sebagai periode Orde Baru atau zaman pertengahan di Eropa disebut sebagai The Age of Believe dikatakan seperti itu karena pada zaman tersebut cenderung banyak menggunakan kitab suci daripada pemikiran.

  6. Generalisasi sosial. Timbulnya generalisasi sosial ini terjadi apabila suatu kelompok sosial melukis di dalam pikiran kita. Adanya bayangan tentang kelompok sosial tersebut dikatakan sebagai sesuatu yang sama yakni sebagai sebuah kelompok. Dapat diambil contoh yaitu kata "petani" yang seringkali memiliki konotasi yang bermacam-macam sesuai dengan waktu dan tempat yang dibicarakan. Gambaran umum kita tentang petani merupakan sebuah generalisasi yang harus dispesifikasikan.

  7. Generalisasi kausal yaitu sebuah langkah dalam membuat tentang sebab akibat kesinambungan, perkembangan, perubahan dan pengulangan sejarah. Banyak sekali faktor yang biasanya di tunjuk seperti masalah ekonomi, moral, pangkat dan lain sebagainya. Generalisasi kausal tidak lepas dari keluarga, desa, negara, masyarakat, budaya dan sejarah. 

  8. Generalisasi kultural yaitu menarik kesimpulan umum berdasarkan kategori budayanya. Dapat diambil contoh yaitu Kiai Rifai merupakan seorang ulama dari Pekalongan yang dibuang ke Ambon pada tahun 1859. Beliau menuliskan kitab-kitabnya dengan syair bahasa pesisir. Dapat kita duga bahwa hal yang dikerjakan beliau itu sebagai simbol perlawanan terhadap kolonialisme dan patrimonalisme. 

  9. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun