Mohon tunggu...
ERRY YULIA SIAHAAN
ERRY YULIA SIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Berencana, Tuhan Penentunya

26 April 2023   23:55 Diperbarui: 27 April 2023   19:59 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kunjungan pada Senin (24 April 2023) siang. Pemasukan jenazah ke dalam peti menunggu prosesi oleh komunitas adat. Demikian pula posisi kedua tangan yang akan diluruskan di samping tubuh sebagai tanda "saur matua". (Foto: Dokumentasi pribadi/Paduan suara lansia HKBP Cibinong Ressort Cibinong)

Umur? Hanya Tuhan yang mengetahui. Kita bisa menyusun sejuta agenda, untuk hari-hari di depan kita. Tetapi, ketika Tuhan katakan "berhenti", kita pun berhenti.

Seorang teman sudah merencanakan perayaan hari lahirnya yang ke-72, Juni ini. Sekaligus merayakan hari ulang tahun pernikahannya yang ke-48, ulang tahun isterinya yang ke-74, dan ulang tahun tiga cucunya, semua pada bulan yang sama.

Dia dan isteri sudah mulai bisik-bisik mengenai rencana itu ke beberapa pengurus gereja. Mungkin, supaya rencana mereka tidak bentrok dengan agenda gereja.

Minggu (23 April 2023), kami masih bertemu dalam ibadah. Seperti biasa, dia datang bersama isteri. Ke gereja berboncengan dengan motor.

Kami tergabung dalam paduan suara lanjut usia (lansia). Teman itu masuk dalam bass (sering disebut suara empat), isterinya sopran (suara satu). Hari itu, lansia tidak bertugas koor. Walaupun tidak bertugas, khusus untuk lansia, sudah tersedia jejeran kursi spesial. Agak ke depan, lebih dekat ke mimbar. Jadi, lansia selalu bisa duduk bersama. 

Dia dan isteri masih berbaur hari itu. Mereka memang pasangan yang serasi dan rajin ke gereja. Selalu terlihat bersama.

Usai ibadah, dia dan isteri pergi ke arisan keluarga. Sampai malam. Mereka diantar dengan mobil. Karena motor masih di gereja, mereka minta diantarkan sampai gereja saja. Teman itu pun pulang dengan motor.

Esok pagi, sekitar pukul tujuh, isterinya membangunkannya. Seperti biasa, kopi dan roti sudah disiapkan untuk sarapan suaminya. Sementara untuk sang isteri, oatmeal.

Di kamar, sang isteri melihatnya kaku. Kedua tangannya terbuka,  di kiri kanan telinga, dengan telapak tangan menghadap ke depan. Matanya terbuka. Wajahnya damai. Sang isteri yang tadinya mengira suaminya masih tidur, lama-lama menjadi curiga. Apalagi melihat posisinya tetap sedemikian rupa, tidak berubah. 

Dia membangunkan suaminya. Pertama, dengan panggilan biasa. Kemudian, makin keras. Sampai akhirnya dia menepuk-nepuk pipi suaminya, yang tidak juga sadar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun