Saya pun makin bersemangat. Begitulah,sambutan saya akhirnya merujuk pada anak-anak dan orangtua, penatua, dan pendeta. Saya akhirnya juga bisa menitipkan pesan yang menurut saya krusial. Yakni, agar talenta anak-anak dan rasa percaya diri mereka yang mulai tumbuh "disirami", "dirawat" baik-baik, agar "benih-benih" atau "bibit-bibit" itu bisa bertumbuh dengan baik.
Saya pulang dengan bahagia. Benar, Tuhan mempunyai rencana. Hati saya dibuat-Nya bertambah sukacita - emosi jiwa yang tidak bisa dibeli dengan uang. Suatu anugerah.
Saya bersyukur tidak jadi menolak permintaan panitia untuk memberikan sambutan. Anugerah tidak hanya datang berupa uang atau kekayaan atau jabatan atau kekuasaan. Anugerah menjadi kenyataan ketika kita bersikap menerima dan percaya. Tuhan Maha Baik. Dia tidak pernah mengecewakan. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H