Mohon tunggu...
ERRY YULIA SIAHAAN
ERRY YULIA SIAHAAN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis, guru, penikmat musik dan sastra

Menyukai musik dan sastra.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menjadi "Anak-anak Kasih"

3 April 2023   23:58 Diperbarui: 4 April 2023   02:19 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut pemahaman saya, gereja adalah masing-masing diri kita. Bukan gedung. Bahwa Allah mempertemukan kita dalam satu persekutuan yang sama, itu adalah anugerah, dan anugerah itu patut dikerjakan untuk kemuliaan Allah.

Dalam sejumlah sermon lanjut usia (lansia) dan ibadah lain di gereja, saya berulangkali mendapatkan pencerahan dari pendeta mengenai keuntungan dari persatuan dan kesatuan. Antara lain dari Mazmur 133 tentang persaudaraan yang rukun. Pada ayat 1 sampai 3 ("Nyanyian ziarah Daud") tertulis, "Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."

Kesatuan dan keutuhan antarorang merupakan cerminan dari adanya kasih, baik dalam keluarga maupun dalam komunitas seperti gereja. Menjaga keutuhan bisa dilakukan dengan setiap orang mencari persamaan satu sama lain, bukan fokus pada perbedaan. 

Alih-alih meributkan kekurangan orang lain, lebih baik kita mengejar kelimpahan karunia dari Allah. Misalnya, agar Allah memampukan kita mengerti Firman dan melakukannya. Karunia demi karunia yang dari Allah adalah untuk kepentingan bersama dan kemuliaan Allah. Bukan untuk kepentingan diri sendiri. Setiap orang bisa saja mendapatkan karunia berbeda, namun perbedaan ini bukan untuk dibanding-bandingkan. Karunia bukan untuk dipamer-pamerkan atau untuk merendahkan karunia orang lain. 

Sebaliknya mengenai perpecahan, Alkitab juga sudah menuliskannya. Yang sangat tegas adalah apa yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam Markus 3 ayat 23 sampai 26. Dikatakan, "23 Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? 24 Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, 25 dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. 26 Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya."

Saya menyebut ayat ini salah satu ayat mengerikan. Yang bisa direnungkan untuk nas ini adalah bahwa manusia sebagai orang berakal pasti mengerti pentingnya kesatuan. Anak-anak Kasih idealnya memahami bahwa nas itu menyatakan bahwa iblis sendiri saja tidak mau terpecah atau terbagi-bagi, karena iblis mengerti pentingnya kesatuan dan bahwa dalam keterpecahan ia tidak mampu bertahan.

Seorang mantan dukun yang kini menjadi hamba Tuhan mengatakan, kekuatan setan dari seberang pulau tidak mempan di pulau lain. Sebab, katanya, iblis mempunyai kerajaan-kerajaannya sendiri dan mereka saling menghormati otoritas wilayah antarkerajaan.

Menyedihkan bahwa masih mudah kita temukan pribadi yang tega melakukan sesuatu demi kepentingannya sendiri atau kelompoknya, walaupun harus mengorbankan kesatuan. Mencari pamor, haus pujian, dan membangun pencitraan yang duniawi merupakan bentuk-bentuk kesombongan yang tidak selaras dengan arti Kasih.

Jika iblis saja dapat memahami bahwa di dalam kesatuan terdapat kekuatan, bagaimana dengan kita yang mengaku sebagai anak-anak Kasih? ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun