Mohon tunggu...
Errika Febi Lusianti
Errika Febi Lusianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - UINSU

"Tulislah tentang apa yang kau tahu, tetapi tulislah seolah-olah itu adalah hal yang paling menarik di dunia."- Truman Capote

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Wacana: Lebih dari Sekadar Pembicaraan

25 Desember 2024   22:59 Diperbarui: 25 Desember 2024   22:57 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah "wacana". Bahkan, bisa jadi juga pernah mengucapkannya. Contohnya, ketika seseorang merencanakan liburan atau rekreasi bersama teman-temannya, namun rencana tersebut tidak terwujud. Mereka akan mengatakan bahwa pembicaraan mengenai liburan tersebut hanyalah sebuah "wacana". Istilah "wacana" sering digunakan untuk merujuk pada sebuah pembicaraan atau rencana yang belum terlaksana. Namun, dalam konteks kajian bahasa, istilah wacana memiliki makna yang lebih kompleks dan mendalam. Wacana tidak hanya dipahami sebagai sekadar komunikasi verbal, tetapi juga sebagai representasi sosial yang dapat dijelakan melalui berbagai pendekatan ilmiah.

Analisis wacana, yang terdiri dari dua kata, yaitu "analisis" dan "wacana", memiliki makna yang mendalam. Analisis, dalam konteks ini, merujuk pada proses penyelidikan yang dilakukan berdasarkan fakta yang tersedia. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wacana diartikan sebagai komunikasi verbal atau percakapan langsung. Dalam pengertian lain, wacana dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang terbentuk dari rangkaian kalimat-kalimat yang saling terkait. Salah satu bentuk nyata dari wacana adalah teks naratif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa analisis wacana adalah sebuah kajian ilmiah yang memfokuskan diri pada penelitian struktur bahasa dalam konteks komunikasi, baik secara verbal maupun kontekstual.

Analisis wacana adalah pendekatan multidisipliner dalam memahami bagaimana bahasa digunakan dalam berbagai konteks sosial, budaya, dan kekuasaan. Lebih dari sekadar pembicaraan sehari-hari, wacana yang mencakup teks, ucapan, dan bahkan representasi visual yang membentuk dan dipengaruhi oleh berbagai struktur sosial. 

Analisis wacana juga berfokus pada konteks atau substansi pesan yang ingin disampaikan. Bahan analisis wacana meliputi satuan bahasa yang melibatkan komunikasi antara pengirim pesan dan penerima pesan. Bahasa yang digunakan dapat berupa bahasa lisan maupun tulisan. Analisis wacana dan pemahamannya memerlukan konteks sebagai alat bantu dalam proses analisis. Wacana terdiri dari struktur teks yang saling terhubung dan ditandai oleh adanya konteks tersebut. Keberadaan konteks menunjukkan bahwa wacana memiliki unsur bahasa yang lengkap dan utuh.

Wacana merujuk pada kesatuan makna semantis yang terjalin antara berbagai bagian dalam suatu struktur bahasa, sehingga dianggap sebagai bentuk bahasa yang utuh di mana setiap bagiannya saling berhubungan secara harmonis. Wacana sangat terkait dengan konteks di sekitarnya dan sebagai kesatuan yang bersifat abstrak, wacana dapat dibedakan dari teks, tulisan, bacaan, tuturan, atau inskripsi yang semuanya merupakan bentuk nyata yang dapat dilihat, dibaca, atau didengar. Selain itu, bahasa yang digunakan oleh seseorang atau kelompok tertentu biasanya mengandung unsur ideologi, karena asumsi yang mendasari bentuk-bentuk bahasa yang dipakai sering kali menjadi bagian dari ideologi itu sendiri. 

Model yang diperkenalkan oleh Fairclough dalam Jufri (2006) menunjukkan hubungan erat antara bahasa dan kekuasaan, yang sering dikaji oleh para linguis terkait praktik institusi-sosial, struktur sosial, dan budaya, khususnya dalam dinamika sosial, politik, hegemoni, dan konteks historis (Hajrah, dkk., 2024: 169). Bahasa tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai sarana menerapkan strategi kekuasaan. Kemampuan memahami fungsi bahasa dapat meningkatkan efektivitas komunikasi dan strategi wacana, karena bahasa sering kali mengandung muatan yang menyiratkan kepentingan, maksud, dan tujuan tertentu yang membutuhkan ketajaman dalam penafsiran.

Analisis wacana adalah pendekatan yang tidak hanya berfokus pada struktur bahasa, tetapi juga menggali makna, ideologi, dan kekuasaan yang terkandung di dalamnya. Dalam pengertian ini, wacana dipahami sebagai praktik sosial yang berhubungan erat dengan konteks sosial, budaya, dan politik. Wacana tidak hanya menjadi medium komunikasi, tetapi juga alat yang digunakan untuk membangun realitas, menyampaikan agenda, dan mempertahankan hegemoni  (Fairclough dalam Jufri, 2006).

Wacana sering kali digunakan untuk menciptakan, mempertahankan, atau bahkan menantang kekuasaan. Dalam ranah politik, misalnya, penggunaan retorika tertentu dalam pidato atau kampanye dapat membentuk persepsi publik tentang suatu isu. Wacana juga menjadi alat legitimasi, di mana bahasa digunakan untuk membenarkan tindakan atau kebijakan tertentu (Hajrah, dkk., 2024: 169). Contohnya, istilah seperti "pembangunan berkelanjutan" atau "perubahan iklim" tidak hanya menggambarkan fenomena, tetapi juga menyiratkan kerangka berpikir tertentu yang memengaruhi tindakan dan kebijakan global.

Wacana tidak pernah lepas dari dinamika sosial dan konteks historis. Ia berkembang seiring dengan perubahan zaman dan mencerminkan hubungan kekuasaan yang berlaku. Pada masa kolonialisme, wacana yang dominan digunakan untuk melegitimasi penaklukan dan eksploitasi. Namun, wacana perlawanan juga muncul untuk menantang narasi tersebut, seperti yang terlihat dalam karya sastra dan pidato tokoh perjuangan. Dalam konteks modern, wacana digital menjadi medan baru bagi pertarungan ideologi. Media sosial dan platform digital menjadi ruang di mana berbagai wacana bersaing untuk mendapatkan perhatian publik. Namun, ini juga menimbulkan tantangan baru, seperti penyebaran hoaks dan manipulasi informasi, yang sering kali dibalut dalam wacana yang tampak kredibel (Kalvintinus Ndruru, dkk., 2024).

Memahami wacana secara kritis adalah keterampilan yang semakin penting dalam masyarakat modern. Literasi wacana memungkinkan individu untuk membaca di balik teks, memahami maksud tersembunyi, dan mengidentifikasi kekuatan ideologis yang bekerja di dalamnya. Dengan kemampuan ini, seseorang dapat menjadi lebih kritis terhadap informasi yang diterima, baik dari media, institusi, maupun interaksi sehari-hari.

Kesimpulannya, analisis wacana adalah alat yang memungkinkan kita untuk melihat bahasa bukan hanya sebagai sarana komunikasi, tetapi juga sebagai konstruksi sosial yang mencerminkan dan memengaruhi dunia di sekitar kita. Dengan memahami wacana secara lebih dalam, kita dapat menjadi individu yang lebih sadar, kritis, dan berdaya dalam menghadapi tantangan global saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun