Mohon tunggu...
Erri Kartika
Erri Kartika Mohon Tunggu... wiraswasta -

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saatnya Mencari Teman Baru

21 Maret 2012   19:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:39 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa tahun yang lalu, saya punya seorang teman, tidak terlalu dekat hanya teman say hallo. Suatu saat dia curhat kepada saya mengenai teman-teman dekatnya yang selalu membuat dia merasa buruk, pendek kata, teman-teman dia itu suka sekali melakukan bullying kepadanya, seperti mengerjainya untuk datang janjian jam 5 sore di taman, tapi ditunggu berjam-jam tidak ada yang datang. AKhirnya dia pulang dan bertemu teman-temannya kenapa tidak ada yang datang, teman-temannya malah menertawai dia karena berhasil dikerjain. Itu salah satu contoh kenapa dia sedih sekali terhadap perbuatan teman-temannya itu. Waktu itu saya hanya mendengarkan saja tidak banyak komentar. Dalam hati saya hanya merasa kasihan saja pada nasib teman saya itu.

Waktu kuliah dulu saya juga punya banyak teman, beberapa mengelompok karena mungkin ketertarikan bidang studi, seperti teman yang suka fotografi lebih sering ngumpul dengan gengnya, atau yang suka animasi juga demikian. Karena saya tidak menonjol di bidang apapun, saya enjoy saja bergabung dengan berbagai teman-teman yang mempunyai karakter unik-unik. Pernah suatu hari karena tugas kelompok saya datang ke kost-kostan teman lelaki saya. Disitu sepertinya memang sering dipake buat tempat ngumpul karena teras kamarnya yang luas. Pendek kata setelah berjam-jam berlama-lama disana saya merasa kurang cocok dengan tema pembicaraan mereka. Karena dari awal sampe akhir yang mereka bicarakan tentang cewek, cewek dan cewek. Bukannya iri atau apa, bagi saya pembicaraan cewek itu lebih cantik atau lebih bagus bodynya si B itu kurang penting dibahas. Atau mungkin karena saya cewek dan tema membicarakan cewek kurang menarik bagi saya. Sepulang dari rumah kost teman itu, saya bilang ke teman saya yang juga ikut nimbrung kesana tentang ketidak cocokan gaya pembicaraan mereka. Dan kata teman saya dia setuju juga gk penting membicarakan hal itu, seperti tidak ada hal lain saja yang perlu dibicarakan. Pendek kata saya sepertinya gk cocok bergaul dengan mereka.

Memang ini terlihat sangat subjektif, ketika kita menilai suatu komunitas itu bernilai positif atau negatif bagi kita. Seperti aura yang memberikan energy positif atau negatif. Saya bisa langsung saja menjudge harus tetap berteman atau lebih sering bergaul atau hanya teman say hello saja. Seperti memilih suatu komunitas. Pernah saya ikut dalam komunitas fotografi yang sifatnya bergender perempuan, sebenarnya komunitas ini bagus. Hanya ada beberapa segilintir oknum yang menurut saya agak aneh, karena jelas ini komunitas fotografi tapi jarang sekali membahas tentang foto, malah kebanyakan yang dibahas adalah fashion dan tempat gaul yang keren. Pernah suatu saat baju teman saya ditarik kerah belakangnya hanya untuk mengetahui merek bajunya itu asli atau palsu. Waktu melihatnya saya hanya bisa tertawa saja dalam hati. Komunitas foto yang lain yang kurang saya begitu suka adalah yang terlalu membahas alat dan merek tapi masalah fotografi jarang dibahas. Biasanya saya kurang lama bertahan di komunitas yang seperti ini.

Suatu hari saya pernah membantu teman saya yang membutuhkan fotografi prewedding, karena waktunya sudah sangat mepet, dan fotografer dia masuk rumah sakit, saya menawarkan diri untuk membantunya dan tentu saya enggk usah dibayar karena memang niat awal saya memang membantu. KEtika suatu saat teman saya itu datang ke tempat saya bersama ibundanya bukan maksut menghina beliau, tapi dari awal sampai akhir, ibunda teman saya ini tidak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya yang bersifat positif. Ada saja yang dikeluhkannya atau dihina dan dikomentarnya. Intinya saya baru sadar kalo seseorang bisa mempunyai energy negative dan mempengaruhi orang lain. Saya tidak habis pikir bagaimana kalo misalnya saya setahun hidup serumah dengan beliau, mungkin saya juga bakalan jadi orang penggerutu dan sinis pada dunia.

Kalo anda pernah mendengar kata nasihat jangan pilih-pilih teman mungkin itu bagus, tapi ada kalanya kita memang harus memilih teman seperti apa yang cocok dengan kita. Gak semua teman bagus untuk diajak maju. Seperti diawal tadi ada teman yang energinya negatif ada yang energinya positif. Pilihlah teman yang membuat anda lebih maju yang mendukung keberhasilan kita.

Kalo anda berteman dengan tukang sampah anda akan ikut bau sampah, kalau anda berteman dengan penjual parfum anda akan ikutan harum. (ini hanya kiasan tanpa meremehkan pekerjaan tukang sampah dan penjual parfum). Terima kasih dah mampir. ^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun