Mohon tunggu...
Erri Kartika
Erri Kartika Mohon Tunggu... wiraswasta -

Freelancer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenapa Harus Kartini?

20 Januari 2012   09:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:39 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia punya satu tannggal yang biasanya dijadikan momentum emansipasi wanita. Tanggal 21 April. Tanggal itu adalah tanggal dimana kita bisa mengenal sosok kartini lebih dekat.

Banyak pertanyaan atau sanggahan mungkin juga kritik. Kenapa harus kartini yang dipilih sebagai simbol emansipasi wanita Indonesia?

seperti kita ketahui dia adalah perempuan jawa yang sangat konvensional, taat kepada adat istiadat yang ada di daerahnya. Sebagai putri dari salah satu bangsawan di daerah saat itu, KArtini sempat mencicipi dunia modern pendidikan.

Semasa dewasa Kartini dikawinkan dengan seorang laki2 yang sudah mempunyai beberapa istri. Kartini dijadikan istri ke-empat. ini salah satu polemik yang akan membuat orang berpikir kenapa Kartini mau saja dijadikan madu, mengingat beliau adalah orang yang berpendidikan dan berpikiran maju. Tentu saja Kartini sangat gundah sebagai wanita yang sangat radikal pemikirannya dibandingkan perempuan2 jawa di masanya, Kartini mengalami masa dimana beliau harus tetap menuruti perintah Keluarganya karena dalam adat jawa perempuan digambarkan sebagai sosok yang penurut.

Kegundahannya itu dituliskan kepada sahabatnya yang ada di Belanda, tentang ketidaksukaannya dan pemikiran majunya mengenai gambaran perempuan yang bertolak belakang yang ada di daerahnya.

Kelak surat-suratnya itu dijadikan buku. Dimana perempuan yang jiwa dan raganya terkekang tapi mempunyai pemikiran yang luar biasa. Dia berbeda dengan perempuan lain karena dia menulis, menulis pemikiran hebat jauh melebihi masanya. dialah - Kartini, tanpa embel embel gelar apapun di namanya.

maka perempuan-perempuan Indonesia menulislah!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun