Mohon tunggu...
Erra VirnandaAishwarayanti
Erra VirnandaAishwarayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Seorang mahasiswa yang sedang struggle untuk membuat sarapan pagi di tanah rantauan. Menyukai beberapa hal seperti film, buku, dan memasak. Berusaha keras untuk fokus dalam mengikuti perkuliahan, walaupun terkadang situasi dan kondisi yang membuat diri ini ngantukan, tetapi kita harus semangat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Perihal Merasa #1

20 Januari 2023   14:41 Diperbarui: 20 Januari 2023   14:44 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

 Alasan terkuatku masih tetap berpijak di tangga pertama dalam fase merasa adalah tidak adanya keberanian dan tumbuhnya keraguan dalam membuatnya ke tingkat selanjutnya. Sebenarnya kita saling menyapa, bahkan saling melempar canda, walaupun ada sedikit kata yang membawa luka. Namun, kita tetap berdua membicarakan hal di masa dahulu yang disebut nostalgia, dimana dua kepala bertemu tak sengaja di sebuah perkumpulan yang memaksa kita agar terus bercengkrama.

Kadang, mencoba mengacuhkan adalah cara yang ditempuh ketika otak tidak mampu berpikir, dan raga tidak sanggup untuk bertemu lagi. Aku membenci, di saat aku mulai lupa untuk merasa, kau datang dengan tangan melambaikan sejuta panah agar benteng yang sulit aku bangun roboh tak beraturan. Kau benar-benar menyebalkan, dan memang benar pada prinsipnya kau memang dicipta untuk dicinta. Sangat malu untuk mengakuinya di saat aku mencoba melupa tentang merasa.

Seseorang bilang bahwa gerak-gerikmu, dan tingkahmu padaku menandakan bahwa kau tengah memperlihatkan rasamu padaku. Tapi, agaknya aku tidak mau berpikiran terlalu jauh dan jatuhnya halu untuk disuka seseorang sepertimu. 

Bahkan tidak hanya satu orang yang bilang bahwa kau menyukaimu, ada hampir 10 kepala yang mengatakan hal demikian, tapi aku mencoba agar diri ini tidak terlalu jauh dalam menangkap teori-teori yang mereka buat. Sebab, jika ekspektasiku yang berlebih tidak sesuai dengan realita, maka aku tetap akan berada di pijakan pertama, dan sebaliknya jika ekspektasiku berubah menjadi realita nyata tentu saja aku masih tidak akan sanggup untuk bersuka ria.

(Ditulis pada 24 Februari 2020, re-publish)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun