Mohon tunggu...
Er Pnambang
Er Pnambang Mohon Tunggu... -

"Sebab hidup tak semudah ketika anda bercerita, menulis atau berkomentar, mengecil diri kadang bisa mengisar setapak...". Tapi, kok serius sekali saya kayaknya ya? Di Kompasiana saya cuma pengen satu hal; ketawa; entah menertawakan atau ditertawakan...hahahahahahahahhhahahahahahahhhahahah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lembayung; Antara Gersang dan Hujan

16 Mei 2011   05:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:36 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiba-tiba saja aku merasa kita telah tiba di padang kegersangan. Tapi bukan gersang yang itu sayang; bukan gersang yang mengharap hujan.

Andai kau tahu apa arti lembayungku. Sebuah padu nila dan ungu dalam ayunan sepoi senja di punggung kerbau yang memulangkan gembala. Lembayung yang membuat hari tak lekas usai, seperti permainan sore tadi yang akan kita teruskan saat rembulan datang menerangi tanah lapang. Yang kadang kita lihat dari dekat pematang sawah dekat rumah, sebelum kita berangkat sekolah. Di sana, di sisi surya, yang terangnya lembut sehalus sutra…

Tak pernah ia seperti rimaku ini, jika kau baca tanpa suara, tanpa hati

Ah, Andai kau tahu lembayungku, kau pasti akan mengerti; kadang kegersangan tak berarti menginginkan hujan….

*) selamat Waisyak, selamat menjalankan dharma…
**) juga dipublish disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun