Tiba-tiba saja aku merasa kita telah tiba di padang kegersangan. Tapi bukan gersang yang itu sayang; bukan gersang yang mengharap hujan.
Andai kau tahu apa arti lembayungku. Sebuah padu nila dan ungu dalam ayunan sepoi senja di punggung kerbau yang memulangkan gembala. Lembayung yang membuat hari tak lekas usai, seperti permainan sore tadi yang akan kita teruskan saat rembulan datang menerangi tanah lapang. Yang kadang kita lihat dari dekat pematang sawah dekat rumah, sebelum kita berangkat sekolah. Di sana, di sisi surya, yang terangnya lembut sehalus sutra…
Tak pernah ia seperti rimaku ini, jika kau baca tanpa suara, tanpa hati
Ah, Andai kau tahu lembayungku, kau pasti akan mengerti; kadang kegersangan tak berarti menginginkan hujan….
*) selamat Waisyak, selamat menjalankan dharma…
**) juga dipublish disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H