Mohon tunggu...
Er Pnambang
Er Pnambang Mohon Tunggu... -

"Sebab hidup tak semudah ketika anda bercerita, menulis atau berkomentar, mengecil diri kadang bisa mengisar setapak...". Tapi, kok serius sekali saya kayaknya ya? Di Kompasiana saya cuma pengen satu hal; ketawa; entah menertawakan atau ditertawakan...hahahahahahahahhhahahahahahahhhahahah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ilusi Kesadaran NII KW 9

14 Mei 2011   11:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:42 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Seseorang mengirim pesan pendek semalam. Ia menyitir kalimat dari McGowan; "Ideology operates not only in unconscious ways, but also through the illusions of consciousness itself" .Ideologi beroperasi tidak hanya dengan ketidaksadaran melainkan melalui ilusi kesadaran. Seseorang tadi lalu menambahkan “Jadi kayak NII KW 9 itu ya?”.

Ya, barangkali balas saya.

Sebab rata-rata orang yang masuk NII KW9 mengandaikan adanya satu kesadaran yang utuh mengenai Islam. Mereka lalu menemukan bahwa istilah ‘hijrah’, ‘futuh’, ‘infaq’, ‘mas’ul’ dan lain-lain sebagai bagian dari ‘kesadaran’. Untuk menguatkan kesadaran –sebab kesadaran pasti butuh subjek, mereka kemudian perlu mengganti nama. Bambang jadi Akhbakhul Hakim. Poniman jadi Imam-us-Syaithon, Surono jadi Syekh Panji Tukangbangunan dan lain sebagainya. Dengan nama baru, mereka telah ‘berbeda’ dengan yang lainnya.

Lalu orang yang “belum mempunyai kesadaran” dengan gampang dilabeli “kafir”. Dengan itu; penipuan, penculikan bayi, maling, membohongi orang tua dilihat sebagai tehnis belaka. Meski komentar Gus Dur; “tehnis mbahmu. Nipu ya nipu…!”

Orang-orang yang bergabung dengan NII KW9 akan selalu bilang mereka paling punya kesadaran, sedang orang lain tidak sadar (dalam hal ini mereka menggunakan term ‘kafir’). Buat mereka, anggota NII KW9 yang memisahkan diri dari NII KW9 bukanlah orang yang sadar dan bertaubat melainkan “orang yang bergabung kembali ke jamaah orang-orang yang tidak sadar dan kafir”.

Inilah barangkali ilusi kesadaran yang dimaksud McGowan. Sepanjang kita selalu mengandaikan adanya ‘kesadaran yang harus dicapai’ sepanjang itu pula kita buta pada fakta bahwa “kesadaran selalu ditambah, dikurangi, diedit, dimanipulasi seperlunya dalam peristiwa sejarah”. Dengan kata lain, kita buta bahwa kesadaran dan ketidaksadaran hanyalah ilusi….

*)Dipublish juga disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun