Mohon tunggu...
era maresty
era maresty Mohon Tunggu... -

saya orang kapuas Kalteng, alumni Unpar Kalteng, dan sekarang melajutkan di UNY Jogja. ide-ide komang (my BF) juga bisa saya muat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Generasi Dayak Pulang Pisau

8 Oktober 2013   16:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:49 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya mengambil contoh kasus yang saya alami sendiri di Pulang Pisau, Ibukota Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Sebagai kota yang berada di aliran sungai Kahayan, sudah sepantasnya bahwa orang yang bermukim di daerah tersebut menggunakan bahasa asli dari daerah tersebut. Bahasa yang saya maksud adalah Bahasa Dayak Ngaju atau biasa disebut juga dengan bahasa Dayak Kahayan/ Kapuas. Namun apa yang saya sering temui sampai sekarang adalah banyak orang, khususnya anak-anak yang tidak menggunakan bahasa Dayak Ngaju ini sendiri, tetapi menggunakan bahasa Banjar yang merupakan bahasa suku Banjar sebagai cara berkomunikasi dengan sesamanya. Apakah bahasa Banjar itu salah? Tidak ada yang salah dengan bahasa ini, dan sayapun sering menggunakan bahasa ini dalam keseharian saya. Mungkin hal ini dikarenakan bahasa Banjar merupakan salah satu bahasa Melayu yang notabene hampir mirip dengan bahasa Indonesia. Lalu apa yang menjadi permasalahannya? Saya merasa bingung sekaligus prihatin dengan kondisi tersebut.

Sebagai orang yang memiliki darah keturunan Dayak, saya telah menggunakan bahasa dayak semenjak saya kecil, namun ada kalanya terkadang juga menggunakan bahasa Banjar. Adapun hal yang membuat saya merasa bingung adalah kenapa hal ini bisa terjadi, padahal banyak juga di Pulang Pisau orang yang berasal dari suku lain yang justru bangga menggunakan bahasa asli daerahnya masing-masing.

Ada apa dengan generasi orang dayak?

Bahasanya terlalu rumit untuk dipelajari?

Apakah menggunakan bahasa dayak itu memalukan?

Kalau saya tidak salah, salah satu ataupun kedua orang tua dari anak-anak itu adalah orang dayak asli Kahayan dan dayak-dayak lainnya. Bukankah bahasa merupakan salah satu cara untuk menunjukkan jati diri kita. Sehingga terkadang saya merasa seperti dipaksa untuk menggunakan bahasa Banjar, padahal saya tau kalau orang tersebut mewarisi darah orang Dayak, tetapi tidak mengerti bahasa dayak. Akankah orang dayak nantinya akan menjadi burung Tingang  yang mulai jarang terlihat lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun