Saya mengambil contoh kasus yang saya alami sendiri di Pulang Pisau, Ibukota Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Sebagai kota yang berada di aliran sungai Kahayan, sudah sepantasnya bahwa orang yang bermukim di daerah tersebut menggunakan bahasa asli dari daerah tersebut. Bahasa yang saya maksud adalah Bahasa Dayak Ngaju atau biasa disebut juga dengan bahasa Dayak Kahayan/ Kapuas. Namun apa yang saya sering temui sampai sekarang adalah banyak orang, khususnya anak-anak yang tidak menggunakan bahasa Dayak Ngaju ini sendiri, tetapi menggunakan bahasa Banjar yang merupakan bahasa suku Banjar sebagai cara berkomunikasi dengan sesamanya. Apakah bahasa Banjar itu salah? Tidak ada yang salah dengan bahasa ini, dan sayapun sering menggunakan bahasa ini dalam keseharian saya. Mungkin hal ini dikarenakan bahasa Banjar merupakan salah satu bahasa Melayu yang notabene hampir mirip dengan bahasa Indonesia. Lalu apa yang menjadi permasalahannya? Saya merasa bingung sekaligus prihatin dengan kondisi tersebut.
Sebagai orang yang memiliki darah keturunan Dayak, saya telah menggunakan bahasa dayak semenjak saya kecil, namun ada kalanya terkadang juga menggunakan bahasa Banjar. Adapun hal yang membuat saya merasa bingung adalah kenapa hal ini bisa terjadi, padahal banyak juga di Pulang Pisau orang yang berasal dari suku lain yang justru bangga menggunakan bahasa asli daerahnya masing-masing.
Ada apa dengan generasi orang dayak?
Bahasanya terlalu rumit untuk dipelajari?
Apakah menggunakan bahasa dayak itu memalukan?
Kalau saya tidak salah, salah satu ataupun kedua orang tua dari anak-anak itu adalah orang dayak asli Kahayan dan dayak-dayak lainnya. Bukankah bahasa merupakan salah satu cara untuk menunjukkan jati diri kita. Sehingga terkadang saya merasa seperti dipaksa untuk menggunakan bahasa Banjar, padahal saya tau kalau orang tersebut mewarisi darah orang Dayak, tetapi tidak mengerti bahasa dayak. Akankah orang dayak nantinya akan menjadi burung Tingang  yang mulai jarang terlihat lagi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H