Mohon tunggu...
era maresty
era maresty Mohon Tunggu... -

saya orang kapuas Kalteng, alumni Unpar Kalteng, dan sekarang melajutkan di UNY Jogja. ide-ide komang (my BF) juga bisa saya muat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Surat Tilang Tuhan

8 Oktober 2013   16:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:49 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Lakalantas, atau yang biasa kita sebut kecelakaan lalu lintas adalah fenomena yang sangat lazim terjadi di sekitar kita. Itu merupakan kesalahan yang sifatnya simbiosis parasitisme, sebab kesalahan yang dilakukan oleh salah satu pihak ataupun lebih tetapi menimbulkan kerugian bagi semua pihak yang ‘tercelakakan’. Tapi ada juga semacam lawakan garing yang menyatakan bahwa orang yang terlibat kecelakaan adalah orang yang mengulangi kesalahan yang sama pada waktu yang berbeda, toh keledai saja tidak akan mau jatuh ke lubang yang sama. Tetapi kalau dipikir-pikir ada benarnya juga kata orang itu (saya sendiri), kenapa sih kecelakaan seringkali diawali dengan kesalahan-kesalahan elementer yang sebenarnya tidak perlu dilakukan? *Mengutip koment ala komentator bola. Seperti yang kita ketahui, berdasarkan pengamatan kita pribadi baik langsung atau tidak langsung, memang kecelakaan lalulintas yang terjadi lebih sering disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan, terlepas dari apa yang namanya takdir masing-masing individu. Apa contohnya? Banyak, ada balapan liar yang sering dikaitkan dengan sebuah suku tertentu (just K), ada yang memaksakan diri untuk  mengemudi/ berkendara dalam kondisi tubuh yang tidak lulus uji kelayakan, dan malah ada yang tidak mahir mengemudi/ berkendara tetapi sedang mengemudi/ berkendara. Bukankah itu semua merupakan kesalahan? Ya bisa kita katakan demikian.

Baru-baru ini telah terjadi kecelakaan maut yang menewaskan seorang pemuda di daerah saya, Pulang Pisau. Kalau saya tidak salah info, hal itu dikarenakan si korban sedang kebut-kebutan/ ugal-ugalan/ atraksi yang tak penting. Padahal sebebelumnya pun telah sering terjadi kecelakaan di sini sebelumnya akibat gaya ‘cari penyakit’ yang seperti ini. Apakah hla tersebut tidak menimbulkan efek jera? Ada, tetapi tampaknya efek jera yang ditimbulkan hanya seperti obat bius yang bersifat sementara. Padahal ini bisa dikatakan semacam shock therapy dari Yang punya hidup, sebuah teguran yang sebetulnya sangat istimewa.

Tampaknya kita adalah jenis manusia yang hampir mustahil untuk diberikan pelajaran, baik itu oleh pihak yang berwenang, sampai ditegur dengan berbagai macam cara dari Tuhan. Jujur, saya pribadi lebih memilih ditegur sama pihak yang pertama daripada yang kedua, soalnya kalau ditilang oleh Polisi kita masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Mungkin pemuda yang saya ceritakan  tadi telah mendapat surat tilang dari Tuhan dan sekarang sedang menjalanisidang. Siapkan surat-surat anda!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun